Sebut Ada Gejala Lapor-melapor dalam Kasus HH, Refly Harun: Oposisi Harus Dihormati, Jangan Dihabisi

- 29 Desember 2020, 15:38 WIB
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun.
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun. /Tangkapan layar YouTube Refly Harun.

PR DEPOK – Pakar hukum tata negara (HTN), Refly Harun turut berkomentar atas pengakuan Sekretaris Jenderal Habib Rizieq Shihab (Sekjen HRS) Center, Haikal Hassan.

Seperti diketahui, Haikal Hassan memenuhi panggilan klarifikasi terkait laporan bertemu Rasulullah SAW di dalam mimpi.

Selama proses klarifikasi tersebut, Haikal dikabarkan dicecar sekira 20 pertanyaan oleh penyidik Polda Metro Jaya.

Baca Juga: Masih Berstatus Istri Sah Gading Marten, Gisel Akui Video Syur Dibuat di Medan Tahun 2017

Hal tersebut ia tuturkan setelah proses pemeriksaan berlangsung di Gedung Ditreskrimsus Polda Metro Jaya pada Senin, 28 Desember 2020.

Haikal mengaku heran ketika penyidik bertanya pada dirinya soal bukti mimpinya bertemu Rasulullah SAW.

Menanggapi hal itu, Refly Harun mengemukakan pendapatnya melalui video yang diunggah melalui kanal YouTube Refly Harun.

Menurut Refly, saat ini sedang terjadi gejala saling melapor di antara para tokoh masyarakat.

Baca Juga: Polisi Tanya Bukti Bertemu Rasulullah, Haikal Hassan: Waktu Bermimpi Saya Enggak Bawa HP

“Ini adalah gejala lapor-melapor, buruknya negara hukum Indonesia, buruknya demokrasi kita. Ternyata sekarang tidak hanya perbedaan pendapat yang dilaporkan, tapi bermimpi pun bisa dilaporkan,” kata Refly seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Selasa, 29 Desember 2020.

Lebih lanjut, Refly mengatakan bahwa semua itu terjadi karena adanya perkubuan politik yang berbeda.

“Ya seperti Haikal Hassan, Habib Rizieq, Jubir PA 212, mereka adalah kelompok yang saat ini dianggap berseberangan jalan dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi),” ucapnya.

Baca Juga: Dinilai Kontrapoduktif, Sandiaga Uno Minta Masyarakat Hentikan Perdebatan Isu Wisata Halal

Maka dari itu, Refly mengatakan bahwa tidak jarang kelompok ini melancarkan demonstrasi, baik dulu maupun sekarang.

“Mereka termasuk bersikap keras terhadap pemerintahan Jokowi,” ujar Refly.

Menurut penilaiannya, tidak masalah apabila terdapat pihak yang beroposisi.

“Ya kita harus hormati. Habib Rizieq sebagai oposisi itu harus dihormati, jangan dihabisi. Karena demokrasi tanpa oposisi, itu namanya tirani atau otoritarianisme,” katanya.

Baca Juga: Defisit Negara Disebut JK Lebih dari Rp1.000 Triliun, Fahri Hamzah: Ini yang Bicara Wapres 2 Periode

Ia berharap bangsa Indonesia tidak bergerak para era otoritarianisme kembali. Atau barangkali, kata dia, Indonesia sedang berada dalam kubangan negara otoriter.

“Saya berharap penegak hukum tidak entertaining, tidak melakukan ‘akrobat’ pemeriksaan hukum. Bahkan barangkali saya berharap tadinya mereka memarahi pada pelapor yang mempermasalahkan hal yang tidak-tidak,” kata dia.

Pria berusia 50 tahun ini mengaku dirinya heran ketika terdapat sebuah mimpi yang dilaporkan.

Baca Juga: Haikal Hassan Ditanya Bukti Mimpi, Faizal Assegaf: Mungkin Sedang Kembangkan Investigasi Alam Gaib

“Padahal, tidak ada tindak pidana ketika orang bermimpi dan menceritakan mimpinya. Masalahnya itu tinggal si pendengar, mau percaya atau tidak,” ucapnya.

Selain itu, Refly juga tidak melihat ada motif untuk memusuhi negara dalam kasus tersebut.

“Motifnya jelas, yakni untuk menghibur keluarga (laskar FPI) yang baru saja ditinggalkan. Coba kita bayangkan,” kata Refly.

***

 

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah