Network
Alasan ketiga, kata Herzaky, kampanye legislatif pada 2019 tenggelam dengan kehebohan soal pemilu presiden.
Menurutnya, isu Pilkada bisa tenggelam jika pelaksanaannya berdekatan dengan Pileg dan Pilpres 2024.
Baca Juga: Video Detik-detik Jatuhnya Sriwijaya Air Dibuat Video Animasi, Ditonton hingga 7,8 Juta Kali
Menanggapi permintaan Partai Demokrat untuk tetap menggelar Pilkada di tahun 2022, pakar hukum tata negara, Refly Harun, melihat adanya kemungkinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih ingin menjadi calon gubernur atau wakil gubernur.
“Sederhananya begini, kalau nanti Anies Baswedan misalnya berpasangan dengan AHY atau AHY sendirian ingin maju ke medan pertarungan di 2022 misalnya, untuk itu ada dua kemungkinan, menjadi calon gubernur berhadapan dengan Anies Baswedan lagi, atau dia menyodorkan diri menjadi pasangannya Anies Baswedan,” ujar Refly Harun, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube miliknya.
Menurutnya, jika AHY berpasangan dengan Anies Baswedan, hal ini bisa menjadi jembatannya untuk menuju Pilpres 2024.
Baca Juga: BLT Modal Usaha Rp3,5 Juta Diperpanjang hingga 2021, Berikut Syarat dan Cara Daftar BLT Modal Usaha
“Atau, kalaupun dia tidak mau maju 2024, maka dia (AHY) akan menjadi Gubernur DKI menggantikan Anies Baswedan,” paparnya.
Berkaca dari komitmen Sandiaga Uno yang mundur dari jabatannya sebagai wakil gubernur saat maju di Pilpres 2019 berpasangan dengan Prabowo, Refly Harun menilai Anies akan melakukan hal yang sama ketika dirinya maju di Pilpres 2024.
“Hal yang sama barangkali juga akan ditagih komitmennya kalau seandainya Anies menang lagi dalam Pilkada 2022 agar dia mengundurkan diri sebagai gubernur untuk berkonsentrasi pada pemilihan presiden di 2024, yang penetapan calonnya itu relatively lebih panjang, bahkan dua tahun sebelumnya,” kata Refly.***
