Ariel Heryanto Nilai Ilmu Jenderal di Myanmar Rendah: Jika Tinggi, Bisa Kuasai Tanpa Kudeta, Belajar Lagi Sana

- 3 Februari 2021, 14:39 WIB
Akademisi Monash University Australia asal Indonesia, Ariel Heryanto.
Akademisi Monash University Australia asal Indonesia, Ariel Heryanto. /Twitter/@ariel_heryanto.

PR DEPOK – Situasi terakhir di Myanmar semakin memanas usai Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi ditangkap oleh Junta Militer.

Diberitakan, Junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Min Aung Hlaing berhasil mengkudeta pemerintahan dan menyatakan darurat nasional selama satu tahun.

Tentara Myanmar juga langsung disebar ke seluruh pelosok negeri. Mereka bersiaga dengan menenteng senjata laras panjang dan kendaraan militer.

Baca Juga: Singgung Keanggotan Moeldoko di Demokrat, Christ Wamea: Habis Maling Bansos, Mau Maling Partai

Berdasarkan kabar yang dihimpun, nasib partai Aung San Suu Kyi, NLD pun langsung hening dibungkam pihak militer.

Selain itu, elite politik NLD pun tidak ada yang tahu bagaimana nasibnya sekarang dan di masa mendatang.

Atas peristiwa tersebut, sosiolog Ariel Heryanto memberikan tanggapannya melalui cuitan di akun Twitter @ariel_heryanto dengan mengatakan ilmu para jenderal di Myanmar masih tergolong rendah.

Jendral2 Myanmar itu ilmunya masih rendah,” kata Ariel sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Rabu, 3 Februari 2021.

Baca Juga: Sebut AHY ‘Anak Kemarin Sore’ di Dunia Politik, Teddy: Takut tak Terpilih Lagi? Masa Hal Dasar Gini Gak Paham?

Pasalnya, dikatakan Ariel, apabila ‘ilmu’ para jenderal itu sudah tinggi, mereka dapat menguasai kebijakan negara dan seisinya tanpa perlu melakukan kudeta.

Oleh karena itu, Ariel pun memberikan saran kepada para jenderal tersebut untuk kembali belajar.

Kalau sudah tinggi, bisa kuasai kebijakan negara, hutan dan lautan, tanpa kudeta. Ayo sana belajar lagi!,” ucapnya.

Baca Juga: Rizal Ramli Sebut Sri Mulyani ‘Menkeu Terbalik’, Prastowo Yustinus: Apa Gak Capek Sebar Informasi Keliru?

Sebagai informasi, sosok Min Aung Hlaing tidaklah asing di telinga banyak negara di dunia internasional.

Pada 2017 silam, Menlu Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson memperingatkan Min Aung Hlaing untuk menghentikan aksi kekerasannya kepada Rohingya.

Akan tetapi, Min Aung Hlaing tak menghiraukannya, operasi Genosida kepada Rohingya masih terus berjalan.

Sebelum menjadi petinggi Tatmadaw, Min Aung Hlaing sudah melahap operasi militer pembersihan etnis minoritas di Myanmar Timur.

Baca Juga: Kaget Namanya Dipolisikan Atas Dugaan Ujaran Kebencian, Jansen Sitindaon: Aku padahal Gak Twit Apa-apa!

Operasi tempur paling terkenal Min Aung Hlaing ialah saat di perbatasan Myanmar-China untuk menghabisi tokoh setempat, Peng Jiasheng.

Setelah satu minggu operasi ini dilakukan, terdapat sekira 30.000 penduduk setempat mengungsi ke China karena Min Aung Hlaing melakukan serangan membabi buta.

Di ranah HAM, Min Aung Hlaing merupakan musuh kemanusiaan. Namun, di mata politik Myanmar, dirinya adalah pahlawan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Twitter @ariel_heryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x