PR DEPOK – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), Akhmad Sahal, turut mengomentari persoalan banjir yang hingga kini masih menjadi masalah utama di DKI Jakarta.
Ia menuturkan, banjir yang kini melanda DKI serta amburadulnya penanganan yang dilakukan Anies Baswedan adalah contoh terbaru kinerja gubernur yang tidak baik.
“Bukan hanya nggak becus kerja, Anies juga terbukti lebih banyak ngomong ketimbang action, hobinya nyalahin pihak lain, ngeyel, dan suka ngeles. Sehingga begitu banyak warga Jakarta yang sengsara karenanya,” ujar pria yang akrab disapa Gus Sahal, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Cokro TV.
Menurutnya kejadian ini adalah akibat jika warga memilih gubernur hanya karena seiman.
Ia lantas menyinggung soal gubernur sebelumnya yang dinilai memiliki prestasi cemerlang dan hasil kerja yang nyata.
Namun Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terpaksa mundur dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta lantaran tudingan bahwa ia melakukan penistaan agama.
“Ahok tumbang karena politisasi ayat dan mayat yang secara masif digaungkan di medsos dan WAG, masjid, mushola, majelis pengajian, dan terutama demo 212. Politisasi ayat di Jakarta ini terbukti merugikan Jakarta itu sendiri,” ucapnya.
Menurutnya, Jakarta yang sedari dulu telah memiliki masalah kompleks soal banjir, macet, premanisme, penataan kota, anggaran triliunan yang rawan korupsi serta banyak persoalan lainnya, membutuhkan pemimpin yang bersih, tegas, berani dan galak.
Akan tetapi, lanjut Gus Sahal, gara-gara ada politisasi SARA, kepemimpinan Jakarta yang seharusnya hanya menjadi urusan dunia, lantas dibelokkan menjadi soal akhirat.
“Warga muslim ditakut-takutin bahwa kalau memilih pemimpin kafir berarti mereka melanggar Al-Maidah 51,” papar tokoh NU tersebut.
Lebih lanjut, ia meyakini sebenarnya banyak warga Jakarta yang mengakui kinerja Ahok, hanya saja mereka takut memilihnya kembali lantaran termakan gencarnya stigmatisasi terhadap Ahok sebagai penista agama.
“Bagi mereka, biarin deh Jakarta macet dan banjir, asalkan nanti gak masuk neraka karena punya gubernur kafir. Dampak yang paling terasa dari politisasi agama macam ini adalah terabaikannya tolok ukur utama dalam soal kepemimpinan politik,” ujar Akhmad Sahal menambahkan.***