Network
PR DEPOK - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban mengaku lega dengan keputusan yang baru saja diambil Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Adapun keputusan Presiden Jokowi itu yakni mencabut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 yang didalamnya terdapat perizinan investasi miras.
Ungkapan tersebut disampaikan Zubairi Djoerban lewat cuitan di akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi pada Selasa, 2 Maret 2021.
"Alhamdulillah @jokowi mendengar," kata Zubairi Djoerban sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Masih Ddalam cuitannya itu, Zubairi Djoerban menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Presiden Jokowi yang telah memutuskan untuk mencabut Perpres yang belakangan ini menuai polemik di tengah masyarakat.
"Lampiran Perpres terkait pembukaan investasi baru dalam industri miras yang mengandung alkohol dicabut. Terima kasih," katanya menambahkan.
Seperti diketahui bersama, kebijakan investasi industri minuman keras (miras) belakangan ini memang santer diperbincangkan publik.
Sejumlah organisasi masyarakat (ormas), politisi hingga tokoh-tokoh daerah bahkan secara tegas menolak keras dan meminta presiden segera mencabut.
Sebelumnya, Zubairi juga mengaku kaget mengetahui kabar perizinan investasi miras di Indonesia. Dirinya bahkan meminta pemerintah mengevaluasi ulang aturan tersebut.
Bukan tanpa alasan hal itu disampaikan, sebagai dokter ia menuturkan bahwa miras bisa memicu masalah kesehatan, kanker adalah salah satunya.
Baca Juga: Nurdin Abdullah Diduga Korupsi untuk Bayar Utang Dana Kampanye, KPK Lakukan Penelusuran
"Saya kaget pintu investasi miras dibuka. Mohon dievaluasi, karena picu banyak masalah kesehatan seperti kanker," ujar Zubairi Djoerban.
Selain itu, ia juga membantah pernyataan yang menyebut bahwa miras adalah budaya yang berasal dari Papua.
Zubairi Djoerban mengaku bahwa dirinya lebih tahu sejarah, justru menurutnya masyarakat Papua memiliki sejarah kelam dengan miras di masa penjajahan.
"Dan, kata siapa miras itu budaya di Papua. Saya tahu betul sejarah. Papua "dicekokin" Belanda dengan bir saat dijajah. Masa sejarah berulang. Ini preseden buruk," katanya menjelaskan.***
