PR DEPOK – Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menyebutkan empat analisa dasar yang bisa mengetahui penyebab teror terjadi secara tiba-tiba.
Menurut Ferdinand, meski sulit untuk mengungkapkan buktinya, namun tidak sulit untuk menarik kesimpulan jika dikaitkan dengan isu-isu yang ada.
Pendapat tersebut disampaikan Ferdinand melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @FerdinandHaean3 pada Kamis, 1 April 2021 dan dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
“Pendapat sy, tak sulit menarik kesimpulan mgp tiba2 teror terjadi meski sulit mengungkap buktinya. Basis Analisisnya : 1. Siapa yg terusik 3 bln terakhir, 2. Siapa kelompok pelaku, 3. Lokasi TKP, 4. Hubungan yg terusik dgn kelompok pelaku. Cari data ttg 4 hal diatas, simpulkan,” kata Ferdinand menjelaskan.
Pendapat sy, tak sulit menarik kesimpulan mgp tiba2 teror terjadi meski sulit mengungkap buktinya.
Basis Analisisnya :
1. Siapa yg terusik 3 bln terakhir
2. Siapa kelompok pelaku
3. Lokasi TKP
4. Hubungan yg terusik dgn kelompok pelaku
Cari data ttg 4 hal diatas, simpulkan.????— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) March 31, 2021
Seperti diketahui, baru-baru ini telah terjadi dua kali teror yang dilakukan oleh terduga teroris dalam kurun waktu selang tiga hari.
Pertama, insiden ledakan bom yang terjadi di depan gerbang Gereja Katedral, Kota Makassar pada Minggu, 28 Maret lalu.
Teror bom bunuh diri itu dilakukan oleh dua orang terduga teroris yang merupakan pasangan suami-istri yang baru menikah sekitar enam bulan.
Mereka tergabung dalam kelompok kanjian di Vila Mutiara, Makassar, dan merupakan anggota kelompok milintan Jemaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS.
Kemudian yang kedua, Mabes Polri diserang oleh seorang terduga teroris pada Rabu, 31 Maret 2021 kemarin.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, pelaku diketahui merupakan seorang perempuan berinisial ZA berusia 25 tahun. Ia beralamat di Jalan Lapangan Tembak, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur, Jakarta.
Baca Juga: Geram Utang Tak Kunjung Dibayar, Wajah Pengutang Dicetak di Buku Yasin dan Tahlil
Sebagai informasi, serangan yang dilakukan kelompok teroris merupakan sasaran perantara, karena pada dasarnya aksi teror dilakukan untuk membuat ketakutan yang meluas di kalangan masyarakat.
Ketua Centra Initiative dan peneliti Imparsial Al Araf mengatakan masyarakat jangan terbawa oleh tujuan teroris dengan merasa takut. Justru teroris harus dilawan dengan tidak merasa takut yang berlebihan.
"Bila publik takut, berarti tujuan mereka menciptakan ketakutan berhasil," ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Sementara itu terkait penyerangan terhadap polisi di Mabes Polri, menjadi penegasan bahwa polisi dan kantornya menjadi sasaran kelompok teroris.
"Hal itu tentu tidak lepas dari kerja Polri selama ini yang melakukan penangkapan terhadap pelaku terorisme dan kelompoknya," tuturnya.
Menurut Al Araf, kelompok teroris menilai polisi adalah musuh mereka, karena menangkap dan membongkar jaringan mereka sehingga menghambat tujuan politik mereka.***