Meski begitu, pembangunan tugu sepeda tersebut tampaknya tidak bebas dari kritikan, salah satunya datang dari ahli ekonomi Emil Salim yang turut mengomentari melalui akun Twitter pribadinya @emilsalim2010 pada Kamis, 8 April 2021.
Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Jumat 9 April 2021, Emil Salim pun tidak setuju dengan pernyataan Ahmad Riza yang menyebut pembangunan tugu sepeda bisa membantu para pemahat.
Pasalnya, kata Emil Salim, hal itu tidak layak jika dijadikan salah satu alasan keharusan membangun tugu sepeda, karena sepeda merupakan barang komersial yang tentu akan terus diproduksi.
Kemudian, Emil Salim juga heran dan mempertanyakan terkait Pemprov DKI yang lebih mengutamakan membangun patung daripada pendidikan.
“Ketika Wa-Gub DKI Jakarta sediakan Rp.800 juta bangun “patung speda” guna membantu para pemahat, kita bertanya bukankah “speda” barang komersial yg ada importir & pengusaha bengkel dll sehingga tak perlu Anggaran Daerah? Mengapa uang tidak utamakan pendidikan ketimbang patung?” kata Emil Salim.
Ketika Wa-Gub DKI Jakarta sediakan Rp.800 juta bangun “patung speda” guna membantu para pemahat, kita bertanya bukankah “speda” barang komersial yg ada importir & pengusaha bengkel dll sehingga tak perlu Anggaran Daerah? Mengapa uang tidak utamakan pendidikan ketimbang patung?— Emil Salim (@emilsalim2010) April 8, 2021
Sementara itu, sebagai informasi, pembangunan jalur sepeda permanen di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin molor dari rencana awal rampung pada akhir Maret 2021 karena ada pemindahan lajur TransJakarta.
Dishub DKI Jakarta berencana memasang jalur pembatas itu sebagai penanda jalur sepeda permanen spenjang 11,2 kilometer dengan lebar dua meter.***