PR DEPOK - Mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), Munarman, menanggapi banyaknya terduga teroris yang beramai-ramai mengaku anggota atau simpatisan FPI.
Dalam dialog bersama Najwa Shihab, ia menilai fenomena pengakuan para terduga teroris ini adalah rekonstruksi sosial, yang sengaja dibuat untuk membuat pandangan negatif terhadap kelompok tertentu.
"Ini yang disebut rekonstruksi sosial, Mbak Nana. Rekonstruksi sosial itu fakta diciptakan, di-create, kemudian dibangun narasinya, diciptakan lagi peristiwa, terus di-create lagi, narasinya sudah disiapkan, untuk tujuan menyasar pada kelompok tertentu, supaya kelompok tertentu itu dipandang negatif dan dilabel sebagai sebuah kejahatan, itu saja," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Najwa Shihab.
Ketika ditanya tentang sosok yang menciptakan narasi-narasi yang memicu pandangan negatif tersebut, Munarman lantas menyinggung soal peristiwa penemuan barang yang tertulis atas nama dirinya dan FPI.
"Mbak Nana tahu nggak? Percaya nggak bahwa saya menciptakan peristiwa yang di Depok, ada nama saya, ada nama FPI, dengan ada di situ disebut peluru, percaya nggak itu perbuatan saya? Tolol sekali kan saya, kalau itu dilakukan oleh saya," tutur Munarman.
Menurutnya, tidak akan ada orang pintar yang mau melakukan kejahatan tetapi meninggalkan jejak, seperti penemuan bungkusan berisi peluru di Depok.
Ia lantas mengklaim bahwa tulisan tangan yang menulis nama 'Munarman' dan 'FPI' di bungkusan tersebut ditulis oleh orang yang sama dengan sosok yang menulis surat wasiat peristiwa teror di Makassar dan Mabes Polri.
"Itu faktanya apa, tulisan nama saya 'Munarman', garis huruf 'FPI', itu sama dengan tulisan yang membuat surat wasiat dalam peristiwa di Makassar dan Mabes Polri. Lihat saja tulisannya, bandingkan, coretan tangannya itu sama," kata Munarman menjelaskan.