President Director Waskita Destiawan Soewardjono mengatakan salah satu penyebab Waskita Karya alami kerugian adalah produktivitas perseroan tahun 2020 yang hanya mencapai 24,6 persen.
Capaian tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan tahun 2019 dengan rasio burn rate yang dapat mencapai 35 persen.
“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak terhadap seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan dikutip dari Antara.
Selain penurunan produktifitas proyek, kerugian tersebut juga diakibatkan oleh peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol, serta beban operasi yang cukup besar akibat pandemi Covid-19.
Sepanjang 2020, emiten berkode saham WSKT tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 triliun atau meningkat 31 persen dibandingkan tahun 2019 karena disebabkan penambahan jumlah ruas tol yang telah beroperasi.
Selain itu, pelaksaan divestasi yang telah direncanakan juga tertunda akibat pandemi Covid-19. Dari target lima ruas yang akan dilepas, perseroan hanya bisa merealisasikan satu ruas saja.
Di sisi lain, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp16,2 triliun pada tahun 2020, atau terkoreksi 48 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp31,4 triliun.
Selain itu, Waskita juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp19,87 triliun atau 123 persen dari capaian pendapatan usaha pada 2020.