Untuk diketahui, pada saat upaya pembunuhan Bung Karno itu terjadi, salat Id sudah memasuki akhir rakaat kedua.
Saat itu, seorang pria yang membawa senjata api tiba-tiba berdiri dan meneriakkan takbir, dan langsung melepaskan tiga tembakan.
Sontak para jemaah langsung kaget, sementara Komisaris Polisi Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden Soekarno, serta wakilnya Sudiyo, langsung bergegas melindungi Bung Karno.
Sementara itu, anggota DKP yang berdiri di belakang Bung Karno, Soedarjat, langsung membalikkan badan untuk mengambil pistol yang digunakan oleh pelaku.
Sayangnya, pelaku lebih dulu menembakkan peluru sehingga Soedarjat tertembak dan jatuh di belakang Bung Karno.
Satu orang anggota DKP yang berupaya melindungi Bung Karno juga terkena tembakan timah panas itu di kepalanya.
Tak sampai di situ, Ketua DPR RI saat itu, Zainul Arifin, serta Ketua Nahdlatul Ulama (NU) KH Idham Chalid yang bertindak sebagai imam salat mengalami luka akibat serangan dari anggota DI/TII tersebut.***