Menurutnya, yang disampaikannya merupakan indikator risiko berdasarkan pedoman WHO sesuai situasi yang kemungkinan dihadapi DKI Jakarta pascalibur Idul Fitri.
Hal tersebut adalah sebagai bentuk kewaspadaan dini dalam mengantisipasi lonjakan kasus.
“Data-data dan angka yang disajikan merupakan indikator risiko berdasarkan pedoman yang terbaru yang digunakan sebagai analisa internal di Kementerian Kesehatan untuk melihat persiapan menghadapi lonjakan kasus sesudah libur lebaran, dan bukan untuk menilai kinerja provinsi dalam penanganan pandemi,” katanya.
Selanjutnya, Menkes Budi juga menjelaskan selain indikator risiko yang disajikan berdasarkan pedoman tersebut, pihaknya masih terus melakukan untuk mendalami kemungkinan ada atau tidaknya faktor lain yang perlu dipertimbanggkan berdasarkan pengalaman sebelumnya untuk bisa memperbaiki respons ataupun kebijakan untuk melakukan intervensi terkait penanganan pandemi ini.
Dalam hal ini Menkes Budi telah melihat sudah banyak keberhasilan yang diraih oleh Provinsi DKI Jakarta. Sehingga, menurutnya, dapat dijadikan cermin keberhasilan Indonesia dalam penanganan pandemi.
“Berdasarkan berbagai data, Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi terbaik yang paling konsisten dalam penanganan pandem," ujarnya.
"Untuk itu, kami mengapresiasi upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah DKI Jakarta, termasuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta beserta jajarannya, yang tetap solid bersatu melawan Covid-19 selama setahun lebih ini,” kata Menkes Budi melanjutkan.
Sementara itu keberhasilan yang diraih Pemprov DKI Jakarta di antaranya transisi dari PSBB ke adaptasi kebijakan baru berjalan cukup lancar selain itu pembukaan berbagai sektor ekonomi sudah dilakukan sejak Juni tahun lalu.