PR DEPOK - Ekonom Senior, Rizal Ramli, mengomentari soal usulan agar Papua merdeka dari Indonesia.
Dalam cuitannya, Rizal Ramli menanggapi pernyataan Enggal Pramukty yang mengatakan bahwa lebih baik Papua merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia.
Menurut Rizal Ramli, usulan Papua merdeka dari Indonesia ini jangan sampai terjadi.
Baca Juga: Akses Umrah 1443 H Segera Dibuka, Kemenag: Kami Terus Jalin Komunikasi dengan Pihak Arab Saudi
Ia menuturkan, cara mengatasi masalah di Papua bisa diubah ketika nanti Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden.
"Jangan.. jangan. Setelah Jokowi tidak jadi Presiden, kita rombak cara mengadatasi masalah di Papua," ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @RamliRizal.
Sang ekonom senior itupun lantas membeberkan sejumlah cara yang ia usulkan untuk mengatasi permasalahan di Papua.
Baca Juga: Anak Bungsu Positif Covid-19, Ashanty Stres Berat Usai Tahu Kondisi Arsya Hermansyah
Salah satu caranya, kata Rizal Ramli, adalah dengan merangkul rakyat dan tokoh-tokoh Papua, bersikap lebih humanis, anti rasisme dan menyediakan ATM untuk setiap warga Papua demi kemudahan distribusi bantuan langsung.
"Rangkul rakyat dan tokoh2 Papua, lebih humanis, anti-rasisme, ATM utk setiap rakyat Papua sehingga bantuan langsung ke rakyat," katanya menjelaskan.
Pernyataan Rizal Ramli ini merupakan respons terhadap opini seorang aktivis, Enggal Pramukty yang menyarankan agar Papua dimerdekakan saja.
Menurut Enggal, tidak ada faedahnya Papua bergabung dengan Indonesia.
Dalam cuitannya, Enggal Pramukty menilai selama PDIP masih berkuasa, maka mobilisasi militer sangat tinggi bahkan hingga ke warteg.
"Papua mending merdeka aja, gabung sama indon kagak ada faedah. Selama PDI Perjuangan berkuasa Mobilisasi Militer sangat tinggi hingga ke Warteg," tuturnya melalui akun Twitter @EnggalPMT.
Baca Juga: TNI AU Meminta Maaf Usai Oknum Anggotanya Injak Kepala Seorang Pemuda Bisu di Merauke Papua
Papua sendiri baru-baru ini kembali mendapatkan sorotan publik usai insiden oknum prajurit TNI AU yang menginjak kepala salah satu warga di Merauke, Papua.
Atas insiden ini, isu rasisme kembali mencuat lantaran dua oknum prajurit TNI AU itu melakukan kekerasan terhadap warga Papua.
Pihak TNI AU sendiri telah menyampaikan permintaan maaf atas sikap dua anggotanya dan mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah kesalahpahaman.
Sementara itu, dua oknum prajurti TNI AU itu kini telah ditahan dan masih dalam pengawasan.
TNI AU sendiri menegaskan bahwa pihaknya tak akan segan dalam menghukum kedua pelaku sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya.***