Alih-alih berkontribusi untuk kaum millenial, menurutnya para stafsus millenial tersebut malah menuai kontroversi di tengah publik.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar stafsus millenial dibubarkan karena terkesan hanya membuang anggaran pemerintah.
"Mungkin saya sepakat dengan beberapa orang yang bilang lebih baik dibubarkan saja karena tidak ada kontribusinya. Jadi buat apa juga gitu, ngabis-ngabisin anggaran saja saya rasa," ujar Andi Wahyudin.
Padahal menurutnya, dari stafsus millenial tersebut diharapkan akan muncul kebijakan-kebijakan yang membuat kaum millenial merasa lebih luas dalam berekspresi.
"Kami sangat berharap dengan adanya stafsus millenial yang ada di istana itu bisa memberikan kontribusi yang banyak bagi kaum millenial karena mereka juga ketika misalnya ada stafsus di istana ada wajah-wajah kebijakan yang bisa lahir, sehingga kaum millenial ini merasa dengan adanya mereka bisa berekspresi lebih luas," ucapnya menjelaskan.
Stafsus millenial tersebut diketahui berisi tujuh orang pemuda yang menjadi pendiri-pendiri komunitas atau usaha besar di Indonesia, salah satunya CEO Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara.
Kemudian terdapat pula CEO Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, CEO Amarta Andi Taufan Garuda Putra, penggerak Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi dan lainnya.***