"Awalnya layanan PCR ini ditawarkan dgn harga tunggu: 2-3 jutaan rupiah. Kemudian diturunkan Presiden @Jokowi menjadi 300an ribu rupiah. Walau harga sdh diturunkan tapi cakupan diperluas, meliputi juga transportasi selain penerbangan," ucapnya menjelaskan.
Tamrin Tomagola pun menyebut bisnis tes PCR tersebut sebagai bisnis tak berhati lantaran beroperasi ketika banyak korban berjatuhan akibat pandemi, tepatnya ketika kasus positif tengah tinggi-tingginya.
Maka dari itu, ia menilai bisnis tes PCR sebagai bisnis yang berwujud kejahatan terhadap manusia.
"Mengapa dilabel bisnis tak berhati (KEMANUSIAAN) ? Karna bisnis PCR ini beroperasi justru di saat-saat angka kematian Pandemi Covid-19 Varian Delta sedang memuncak di bulan-bulan Juni-Juli-Agustus 2021. Sesungguhnya bisnis jahat ini sdh berwujud KEJAHATAN terhdp KEMANUSIAAN !," tutur Tamrin Tomagola.
Sementara itu, menurutnya bisnis tes PCR ini juga layak disebut sebagai bisnis muka badak karena melibatkan pejabat negara yang mempunyai konflik kepentingan. Hal tersebut ia nilai serupa dengan insider trading atau praktik ilegal di dunia investasi.
"Mengapa disebut sbg bisnis bermuka-badak ? Karna terdptnya unsur konflik kepentingan sebab dilakukan o/pejabat negara yg punya akses informasi ke dalam negara. Mirip-mirip INSIDER TRADING !," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, pembahasan bisnis tes PCR belakangan ini memang berhasil menyita perhatian publik lantaran dikabarkan melibatkan pejabat negara.