"Tap bagaimanapun sekelas Menteri Agama kan biasanya dicari dari orang-orang yang memang memiliki pemahaman agama yang luar biasa, dan salah satu instrumennya pastilah Bahasa Arab, bahasa Alquran terutama," tuturnya.
Refly Harun meyakini bahwa pastinya Menag Yaqut paham Bahasa Arab, seperti halnya ulama-ulama NU yang lain.
Biasanya, lanjut Refly, tokoh-tokoh atau ulama NU terbiasa membaca kitab kuning yang memakai Arab gundul.
Refly Harun lantas menduga percakapan yang dilakukan dengan pejabat Arab Saudi itu mungkin agak berbeda, sehingga Menag memerlukan penerjemah.
"Tetapi memang conversation (percakapan) itu mungkin agak berbeda, nah ini mungkin conversation-nya yang barangkali dia tidak begitu yakin sehingga menggunakan penerjemah. Jadi conversation yang barangkali polite (sopan), diplomatik, yang berbahasa Arab halus, nah itu perlu pengalaman tersendiri," tutur sang pakar hukum.
"Secara ini juga barangkali pengalaman pertama dia berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab secara resmi kenegaraan. Tapi tidak mungkin totally tidak ngerti Bahasa Arab," kata Refly Harun.***