Menurut dia, Jika kemudian agama dan Pancasila dibenturkan, Pancasila akhirnya dijadikan musuh bersama.
Baca Juga: Yudian Wahyudi Diminta Beri Klarifikasi Terkait Pernyataan Musuh Terbesar Pancasila adalah Agama
"Kelahiran dan disepakatinya Pancasila sebagai dasar negara serta perekat berbagai macam perbedaan di Indonesia ini sudah melalui perjalanan panjang dan banyak pertimbangan. Rongrongan ideologi Islam transnasional terhadap Pancasila belakangan inilah yang makin nyata," tuturnya
Dia mengatakan, sebagai bangsa, sebenarnya Indonesia diuji untuk bisa bersama-sama merawat Pancasila sebagai satu-satunya asas.
"Saya yakin, Pacasila adalah kalimatun sawa’ alias titik temu antarsuku, agama, etnis, ras, atau ragam identitas lainnya," ujar Gus Yaqut.
Ia mengatakan, ada tiga masalah besar yang dihadapi bangsa belakangan ini.
Pertama, keberadaan sekelompok kecil masyarakat yang ingin mengubah konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Misalnya, Al-Ikhwanu al-Muslimun (IM) dan Hizbut Tahrir (HT) yang masuk pada kisaran tahun 1980-an yang berkembang di kampus-kampus negeri, sudah banyak survei yang menunjukkan hal itu. Intinya adalah ideologi Islam transnasional sangat dominan memengaruhi sikap dan pandangan sebagian kecil masyarakat terhadap Pancasila dan NKRI sebagai ideologi dan bentuk negara," ujarnya.
Masalah kedua, kata dia adalah klaim kebenaran (Islam) secara sepihak, sebagian kecil umat Islam, seperti salafi atau wahabi menganggap gagasan dan praktik keberislaman mereka yang benar.