Terhalang Birokrasi, Alat Tes Virus Corona Buatan Anak Bangsa Belum Bisa Digunakan

- 4 April 2020, 09:59 WIB
ADE BAYU INDRA/"PR" PETUGAS Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat mengambil sampel darah peserta tes cepat (rapid test) Covid-19, di Parkir Barat Gedung Sate, Jalan Cimandiri, Kota Bandung, Selasa (31/3/2020). Pemprov Jawa Barat melakukan rapid test Covid-19 terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) dan awak media yang bekerja di Komplek Pemerintahan Gedung Sate guna mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19.
ADE BAYU INDRA/"PR" PETUGAS Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat mengambil sampel darah peserta tes cepat (rapid test) Covid-19, di Parkir Barat Gedung Sate, Jalan Cimandiri, Kota Bandung, Selasa (31/3/2020). Pemprov Jawa Barat melakukan rapid test Covid-19 terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) dan awak media yang bekerja di Komplek Pemerintahan Gedung Sate guna mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19. /adebayuindra/

PIKIRAN RAKYAT - Selain minim Alat Perlindungan Diri (APD) yang menyebabkan gugurnya sejumlah garda terdepan dalam 'memerangi Virus Corona atau COVID-19, Indonesia juga benar-benar kekurangan alat tes untuk pandemi tersebut.

Hal itu bahkan sempat disinggung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam telekonferensi bersama Ma'ruf Amin pada Jumat lalu.

Mantan Wali Kota Bandung itu tengah melawan virus corona dengan cara berkiblat pada Korea Selatan yang melakukan tes virus corona besar-besaran, namun hal itu sulit direalisasikan mengingat pemerintah pusat tidak memiliki banyak alat tes.

Baca Juga: Kasus Virus Corona Semakin Bertambah di Indonesia, Xi Jinping Kembali Telepon Jokowi

Di samping kurangnya alat tes, ternyata Pemerintah Indonesia telah ditawari alat tes mandiri virus corona oleh Santo Purnomo, entrepreneur asal Indonesia yang memiliki perusahaan berbasis di Singapura.

Santo Purnomo bersama perusahaan Sensing Self berhasil mengembangkan alat tes mandiri virus corona seharga Rp 160.000 per unit.

Alat rapid test Sensing Self telah mendapatkan lisensi edar dari tiga negara yakni Eropa, Amerika Serikat, dan India.

Baca Juga: Yasonna Laoly Ingin Bebaskan Napi Koruptor Demi Cegah Corona, ICW: Tidak Ada Kaitannya

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara sebagai warga negara Indonesia, Santo siap membawa alat tes mandiri ini untuk membantu Pemerintah Indonesia menanggulangi pandemi COVID-19.

Namun, dirinya belum mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

"Perang melawan Covid-19 adalah perang melawan waktu. Kita harus menekan laju pertumbuhan pandemik ini dengan melakukan tes seluas mungkin," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang diterima seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Antara.

Baca Juga: Peraturan Baru, Pendaftaran hingga Akad Nikah Online Tidak Dilayani Selama Virus Corona

Oleh karena itu, kami berharap pemerintah Indonesia bisa memberikan respons positif bagi inisiatif kami untuk membawa alat tes mandiri ini ke Indonesia," kata Santo.

Lebih lanjut, Santo menuturkan bahwa jika setiap orang bisa melakukan tes mandiri, maka risiko pasien terinfeksi di rumah sakit ketika akan melakukan tes dapat diminimalisir.

Sensing Self masih menunggu persetujuan pemerintah untuk mengedarkan alat ini di Indonesia, dari pengajuan yang disampaikan sejak empat pekan lalu.

Baca Juga: Sudah Dapat Diakses, Begini Cara Mudah Dapatkan Listrik Gratis

Sebagai perbandingan, badan farmasi Eropa hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk memberikan persetujuan.

India menghabiskan waktu satu minggu untuk melakukan uji coba, validasi, dan persetujuan akhir.

Pemerintah India langsung memesan jutaan unit alat tes dua hari setelah lisensi diterbitkan.

Baca Juga: Jumlah Kasus Corona Terus Meningkat, Depok Perpanjang Larangan Kegiatan Keagaamaan Massal

Santo mengatakan bahwa alat tes COVID-19 dijual dengan harga produksi, sebab ini merupakan misi sosial untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.

“Kami telah mengirimkan alat tes mandiri Sensing Self untuk membantu lembaga-lembaga riset ternama, seperti Mayo Clinic, University of California San Francisco, dan Chan Zuckerberg Biohub. Kami selalu menjaga kualitas produk dan akurasi hasil, karena kami paham bahwa alat ini berhubungan dengan kesehatan seseorang. Pendeteksian dini virus COVID-19 bisa menentukan antara hidup dan mati,” tambah Santo.

Saat ini, Santo dan tim juga sedang mengembangkan solusi lainnya untuk melawan pandemik, yakni dengan tes asam nukleat (nucleic acid test) untuk mendeteksi infeksi Covid-19 sedini mungkin dan dengan harga yang sangat terjangkau.

Baca Juga: Hindari Virus Corona, Kampus di Jepang Gelar Wisuda Menggunakan Robot

Hasil tesnya diklaim mampu mendeteksi dengan akurasi hingga 99 persen pada hari pertama mereka terpapar virus.

Mereka akan segera meluncurkan produk ini saat sudah siap dalam waktu dekat.

Perlu diketahui, Santo Purnama dan Shripal Gandhi merupakan partner pendiri Sensing Self.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Corona, Afrika Selatan Luncurkan Aplikasi Pelacak Orang Terinfeksi

Perusahaan ini bergerak dalam pengembangan alat tes kesehatan mandiri, untuk memberdayakan setiap orang agar dapat mendeteksi kesehatannya masing-masing dan mendapatkan pengobatan di tahap sedini mungkin.

Santo memiliki latar belakang ilmu komputer dan teknologi dari Purdue University dan Stanford University, sementara Shripal Gandhi merupakan lulusan terbaik jurusan teknik kimia dan biosains dari University of Mumbai dan University of California.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x