PR DEPOK - Pengamat politik Yusfitriadi menyebut beberapa anggota Komisi II DPR RI yang melakukan fit and proper test calon Komisioner Bawaslu dan KPU RI tidak memiliki etika.
Hal itu, kata Yusfitriadi terlihat ketika beberapa anggota Komisi II DPR RI memunculkan pujian, harapan hingga memperlihatkan sosok dan daerah pemilihannya keoada beberapa orang calon komisioner Bawaslu dan KPU RI.
“Ini seakan-akan didorong sudah jadi, sebetulnya tidak masalah kalau perlakuannya sama. Tapi ini perlakuannya berbeda,” kata Yusfitriadi usai konfrensi pers virtual hasil pemantauan fit and proper test calon komisioner Bawaslu dan KPU RI, yang diselenggarakan Lembaga Studi Visi Nusantara (LS-VINUS) pada Kamis, 17 Februari 2022.
Baca Juga: Inggris Laporkan Kasus Covid-19 Varian Deltacron, WHO Beri Peringatan untuk Para Ahli
Yusfitriasi memaparkan, ada beberapa aspek yang tidak memiliki etika. Sebab, calon satu riuh dukungan, calon lainnya sepi dukungan. Hal inilah, kata dia, yang menjadi masalah.
Menurut Yusfitriadi, mengenalkan daerah pemilihan anggota Komisi II dan calon itu merupakan sikap yang tidak profesional.
Selain itu, sikap tersebut mencerminkan beberapa anggota Komisi II tidak mengedepankan kebhinekaan.
“Fit and proper test itu tinggal masalah politis, masalah kapasitas dan lainnya itu selesai di tim selesai. Maka, di fit and proper test itu masalah politisnya,” kata Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju itu.