Pasalnya, masyarakat menengah ke bawah ingin tenang membicarakan ekonomi, tidak ingin lagi seperti Pemilu 2019.
"Kalau menengah ke bawah itu pengin tenang, pengin bicaranya ekonomi, tidak mau lagi seperti kemarin. Kan sakit gigi dengar Kampret lah, Cebong lah, Kadrun lah, itu kan menimbulkan nggak bagus," ujar Luhut.
Selain itu, Luhut juga mengatakan rakyat kelas menengah ke bawah juga menginginkan perbaikan ekonomi.
Sehingga, berdasarkan suara masyarakat anggaran Pemilu 2024 sebaiknya dialihkan untuk perbaikan ekonomi masyarakat.
"Masa terus-terusan gitu (Cebong dan Kampret). Sekarang kita coba tangkap dari publik dari suara-suara rakyat itu bilang kita menghabiskan Rp100 triliun lebih untuk memilih ini, sementara keadaan begini, ngapain sih Rp100 triliun lebih untuk pemilihan presiden dengan pilkada serentak”
Baca Juga: Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara Didukung Rusia, Amerika Serikat Kembali Jatuhi Sanksi Baru
“Nah itu yang rakyat ngomong, nah ini kan ceruk ini atau orang-orang ini ada di Partai Demokrat, ada di Gerinda, ada di PDIP ada di Golkar ada di PKB di mana-mana. Kan ceruk ini ya kan mereka lihat mana yang mendengarkan suara kami kan," ujar Luhut.
Sebelumnya, wacana terkait dengan penundaan Pemilu 2024 ramai menjadi pembicaraan masyarakat setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengusulkan penundaan jadwal pelaksanaan Pemilu 2024 selama 1 tahun atau 2 tahun.***