"Maka, kita tidak bisa bilang mahal atau murah. Kalau ada perbandingan, kita bisa sampaikan. Harga itu kan relative, terkait supply dan demand, juga terkait kondisi yang ada," katanya.
Dari progres kerja sama vaksin itu, kata dia, Bio Farma harus memberi laporan dan informasi ke publik secara detail dan teratur agar tidak ada kesalahpahaman ataupun mispersepsi.
"Tapi, jangan sampai ada mafia kesehatan yang memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan besar di tengah pandemi," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah harus mendorong pemberdayaan riset-riset kesehatan di Indonesia karena pandemi COVID-19 juga membuka ruang apresiasi terhadap riset-riset kesehatan.
Baca Juga: Diduga Terlibat Pembobolan Kartu Kredit, Boy William Dicecar 30 Pertanyaan dari Polda Jatim
Pemerintah, kata dia, harus memberi ruang dan mengapresiasi kampus-kampus dan lembaga riset yang telah mencipta produk baik alat kesehatan, vaksin maupun obat herbal.
Gus Nabil mengapresiasi sudah banyak peneliti dari Indonesia yang sudah meriset dan melaporkan hasilnya.
Selain itu, kata dia, pemerintah harus mendukung agar riset-riset dan produknya bisa diterima di publik sesuai dengan standar kesehatan internasional.
"Kita punya potensi besar yang harus dimaksimalkan. Jangan sampai Indonesia hanya jadi pasar produk dari negara lain," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu.***