Sejarah Muhammadiyah, Ormas Islam dengan Fokus Masalah Sosial dan Pendidikan

- 22 April 2023, 18:13 WIB
Logo Muhammadiyah.
Logo Muhammadiyah. /Pikiran Rakyat/Irwan Suherman/

Baca Juga: Lirik Lagu Haegeum - Agust D, Romanization Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia

Tidak sampai di situ, KH Mohammad Halil memerintahkan massa untuk menghancurkan langgar milik KH Ahmad Dahlan. Peristiwa tersebut membuat KH Ahmad Dahlan kecewa mendalam dengan ekosistem teologi di Yogyakarta sehingga memutuskan untuk pergi dari sana.

Akan tetapi, kepergiannya ditahan oleh salah seorang keluarganya dengan mendirikan langgar baru dan menjaminnya untuk menerapkan pemikiran teologis KH Ahmad Dahlan di tempat itu. Lalu, KH Ahmad Dahlan menggantikan ayahnya menjadi khatib di mesjid Sultan.

Pada tahun 1909, KH Ahmad Dahlan masuk Budi Utomo dengan tujuan memberikan pengajaran agama kepada para anggotannya. Rupanya, pemikiran agama KH Ahmad Dahlan selaras dengan harapan teologis Budi Utomo sehingga ia didorong untuk mendirikan sebuah sekolah modern dan legal secara hukum positif.

Baca Juga: Keutamaan Menikah di Bulan Syawal yang Disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW

Sejak saat itu, Muhammadiyah berdiri dengan tujuan menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW dan memajukan agama Islam kepada para anggotanya. Untuk mewujudkan imajinasi tersebut, maka Muhammadiyah fokus dengan pendirian sekolah, mengadakan rapat dan tabligh membahas masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid, dan menerbitkan buku, koran, majalah dan brosur.

Pada masa awal pendirian Muhammadiyah, ormas ini cenderung fokus dengan masalah sosial dan pendidikan dalam skala Kauman, Yogyakarta.

Namun, pada 1917 Muhammadiyah mulai dilirik oleh masyarakat di luar Kauman, Yogyakarta karena peserta kongres Budi Utomo tertarik dengan tabligh KH Ahmad Dahlan dalam kongres tersebut.

Baca Juga: Berikut Amalan Utama yang Dilakukan Rasulullah SAW ketika Idul Fitri Tiba

Menjelang tahun 1920 Muhammadiyah mulai meliputi seluruh Jawa, sedangkan pada tahun 1921 ormas ini mulai meliputi seluruh Hindia Belanda (baca: Indonesia).

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x