Perluasan Muhammadiyah dari Kauman, Yogyakarta tidak lepas dari peran para pedagang dan perantau Minangkabau. Para pedagang dan perantau Minangkabau tersebut adalah generasi hasil pembaruan di Minangkabau.
Para pedagang Minangkabau di Pekalongan sebelumnya mendirikan Nurul Islam kemudian menjadi Muhammadiyah cabang Pekalongan. Sedangkan, Muhammadiyah cabang Surabaya didirikan oleh Pakih Hasjim, seorang ulama Padang didikan Haji Abdul Karim Amrullah.
Pada 1925 Haji Rasul mengunjungi Jawa dan tertarik dengan aktivitas Muhammadiyah. Alhasil, Haji Rasul mengubah organisasi lokal di Minangkabau menjadi Muhammadiyah cabang Minangkabau.
Alhasil, proses perluasan Muhammadiyah berlangsung hingga tahun 1929 dengan meliputi wilayah di luar Jawa dan Sumatera. Selain dari faktor KH Ahmad Dahlan, perluasan Muhammadiyah ke seluruh Indonesia juga ditopang oleh pengetahuan soal reformasi atau pembaruan di Mesir, sehingga ormas Islam ini dinilai dapat menjadi jalan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran reformis Islam.***