Ia beranggapan bahwa permintaan premium saat ini mengalami penurunan, sementara permintaan Pertalite dan Pertamax meningkat selama tahun 2020 termasuk pada masa pandemi.
“Kalau supply dilepas tanpa kontrol ketat, permintaan pasti akan naik. Karena pada prinsipnya masyarakat masih membutuhkan BBM yang murah. Tingkat ekonomi dan daya beli masyarakat masih sebatas itu,” ujar Nicke Widyawati.
Baca Juga: Bocah 3 Tahun Meninggal Akibat Terjatuh dari Lantai 8 Sebuah Gedung Usai Rayakan Ulang Tahun Nenek
Sementara itu, Mulyanto mendukung rencana Pertamina untuk menghadirkan BBM yang ramah lingkungan seperti diatur dalam Paris Agreement 2015, standar EURO 4, serta Permen KLHK No. 20 tahun 2017 tentang BBM bersih.
Namun, Mulyanto menganggap bahwa hal tersebut bukan berarti pelaksanaannya harus diterapkan di Indonesia.
Menurut anggota Komisi VII tersebut, logika BBM bersih dan logika BBM murah adalah dua hal yang tidak bisa dipertentangkan.
Baca Juga: Studi Ungkap Anak yang Lahir di Bulan September Miliki Kecerdasan Tinggi dan Karakter Spesial
Ia menilai bahwa masyarakat akan senang menggunakan BBM bersih, karena dapat menjaga lingkungan hidup sekaligus menjaga mesin kendaraan mereka. Namun, jika disandingkan dengan BBM murah, ia yakin bahwa masyarakat akan lebih memilih BBM murah.
“Masyarakat juga rasional. Kalau harus memilih antara BBM bersih dan BBM murah, di lapangan yang terjadi adalah masyarakat lebih memilih BBM murah,” kata Mulyanto mengakhiri.***