Di sisi lain, ada teori yang menyatakan bahwa Pinisi berasal dari kata panisi dari bahasa Bugis yang berarti sisip, kemudian ada juga istilah 'Mappanisi' yang berarti menyisip atau menyumbat perahu dengan bahan tertentu sehingga tidak akan kemasukan air.
Baca Juga: Tes Psikologi: Apa Karakter Alam Bawah Sadarmu yang Tidak Ingin Kamu Akui? Cek di Sini Jawabannya
Dalam bahasa Bugis lainnya, juga dikenal istilah Lopi dipanisi yang berarti perahu yang disisip. Setelah mengalami proses fonemik, lalu muncul istilah 'Pinisi' yang dikenal hingga sekarang.
Bentuk Perahu Pinisi dan Proses Pembuatannya
Bentuk perahu Pinisi yang jadi Google Doodle hari ini, kemungkinan merupakan perkembangan dari bentuk perahu Panjala. Perahu Panjala biasa digunakan para nelayan untuk menangkap ikan atau menjala.
Salah satu kemiripan yang ada yakni bentuk lambung perahu Pinisi memiliki kesamaan dengan Panjala. Adapun untuk proses pembuatan perahu Pinisi, ada 3 hal yang harus diperhatikan. Berikut penjelasannya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Nasi Goreng Enak di Boyolali, Bikin Nagih!
1. Pemilihan kayu sebagai bahan dasar untuk membuat perahu Pinisi
Beberapa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat kerangka perahu Pinisi diantaranya ada Kayu Suryan (Vitoe Cavansus Reinw), Kayu Jati (Tectona Grandis), Ulin (Ensideroxy Lon Zwagerf), Kesambi dan Bayam.
Jenis kayu ini dipilih karena kedap air, tidak gampang pecah, serta tahan terhadap kutu air. Selain itu, umur kayu yang digunakan biasa berumur sekitar 50 tahun (perahu besar) atau 25 tahun (perahu kecil).
2. Tahap pembuatan perahu Pinisi
Baca Juga: 8 Rekomendasi Rumah Makan Sedap dan Mantap di Jatinangor yang Selalu Ramai
Untuk pembuatan perahu Pinisi, tahap pertama yakni pemasangan lunas perahu atau kalabiseang, lalu baru dibuat dinding perahu (badan perahu) dan pemasangan rangka perahu..