Beberapa observatorium tersebut terletak di Aceh, Yogyakarta, dan Pelabuhanratu. Tahun ini, Kementerian Agama juga berencana mengembangkan observatorium baru di Merauke.
Kegiatan pemantauan hilal awal Ramadan 1445 Hijriah atau 2024 Masehi akan dilaksanakan di 134 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga: BIG MATCH Bali United vs PSIS Semarang, Bawa Misi Geser Posisi Persib Bandung
"Teknologi bersama kita dan kita tidak mungkin tanpa teknologi. Lalu hasilnya seperti apa? Yaitu untuk membangun data," ucapnya.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan pengamatan hilal tidak sesederhana yang dipikirkan kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan ada kontras antara cahaya hilal yang sangat tipis dengan gangguan cahaya syafaq (cahaya senja) yang masih cukup terang.
Menurutnya, fenomena kontras dua cahaya itulah yang mengharuskan ada tinggi minimal dan jarang elongasi agar kontras antara hilal yang tipis dengan cahaya syafaq menjadi tinggi.
Dengan demikian, tim perukyat dapat mengambil keputusan kapan waktu pergantian bulan berkat penggunaan teleskop yang mempermudah pengamatan hilal.***