Sebut Banyak RS Ganti Status Pasien Jadi Positif Covid-19, Dokter Ramai-ramai Serang Moeldoko

- 4 Oktober 2020, 17:32 WIB
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.*
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.* /Antara Foto/Nova Wahyudi./

PR DEPOK - Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko baru-baru ini menyampaikan tudingan perihak banyaknya rumah sakit (RS) yang memvonis seseorang menjadi positif Covid-19.

Lebih lanjut, Moeldoko pun mengimbau agar RS untuk tidak sembarangan dalam memvonis semua pasien wafat menjadi korban dari pandemi Covid-19.

Pasalnya, kata mantan Panglima TNI itu, terdapat beberapa orang yang sejatinya negatif Covid-19 namun divonis menjadi positif.

Baca Juga: La Nina Akan Terjang Indonesia, BMKG Imbau Masyarakat Daerah Rawan Bencana Persiapkan Diri

Bahkan, ia mengaku sempat mendengar ada orang meninggal kecelakaan lalu lintas, tapi tetap divonis positif pandemi yang awal ditemukan di Tiongkok itu.

"Jangan semua kematian definisinya mati karena Covid-19. Ini perlu diluruskan," kata Moeldoko.

Untuk diketahui, tudingan tersebut disinggung Moeldoko ini saat pertemuannya dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, di Semarang, Kamis 1 Oktober 2020.

Tudingan itu pun dibenarkan politisi PDIP. Ganjar Pranowo mengaku sempat terjadi di wilayah yang dipimpinnya.

Baca Juga: Diduga Bantu Napi asal Tiongkok untuk Kabur dari Penjara, Kepala Pengamanan Lapas Dinonaktifkan

Ganjar sebut ada orang yang divonis positif Covid-19, padahal hasil tes pemeriksaan belum keluar.

Namun, setelah dinyatakan meninggal, hasil dari pemeriksaan menunjukkan negatif Covid-19.

"Ini kan kasihan. Ini contoh-contoh agar kita bisa memperbaiki hal ini," ujarnya.

Sejak tudingan tersebut, tak sedikit dokter baik di dunia maya maupun dunia nyata ramai-ramai nyatakan tidak terima atas tudingan tersebut.

Baca Juga: Dianggap Ancam Kedaulatan, Fraksi PKS DPR Turut Tolak Pengesahan RUU Cipta Kerja

Banyak dokter ramai-amai menyentil sosok Moeldoko, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Warta Ekonomi pada artikel "Dokter Ramai-Ramai Protes ke Moeldoko Gara-Gara..." dengan sindikasi konten dari Rakyat Merdeka.

Sentilan pertama datang dari dokter spesialis jantung bernama dr. Berliana Idris melalui akun Twitter pribadinya @berlianidris.

"Tudingan bahwa RS meng-covid-kan pasien untuk mendapatkan angsuran ini berbahaya, apalagi diucapkan oleh pejabat negara," ujar dr. Berliana.

Ia mengaku, sebelum pernyataan itu keluar, banyak tenaga kesehatan (nakes) kena 'serangan' masyarakat yang berburuk sangka.

Baca Juga: Bingung Gatot Dilawan Pendukung Rezim Jokowi, Ustaz Tengku: Apa Mereka Merasa Tinggal di Korut?

Apalagi, dikatakan dr. Berliana, setelah adanya pernyataan tersebut.

"Saya sendiri pernah diserang secara verbal, dituduh meng-covid-covidkan pasien," katanya.

Adapun sentilan lainnya datang dari dokter Tonang Dwi Ardyanto di akun Twitter pribadinya @tonagardyanto.

Dokter yang juga seorang akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) ini menilai pernyataan Moeldoko dan Ganjar membuat runtuh kepercayaan masyarakat kepada nakes.

Baca Juga: Statemen Joko widodo Soal 'Jangan Sok-sokan Me-lockdown' Wilayah, Ini Kata Pakar Politik UI

Padahal, menurut Tonang kepercayaan masyarakat adalah harga paling mahal bagi seorang dokter.

"Kerja keras membangun trust, runtuh sekejap. Sadarkah Pak," ucap dia di akun Twitter pribadinya.

Selain di dunia maya, sentilan dari dokter pun dokter-dokter lainnya pun turut dilontarkan di dunia nyata.

Dokter spesialis paru di RS Persahabatan Erlina Burhan secara tegas membantah tudingan Moeldoko dan Ganjar.

Baca Juga: Angka Kasus Positif dan Kematian Masih Tinggi, Joko Widodo Klaim Penanganan Covid-19 di RI Tak Buruk

"Dokter tidak akan menulis diagnosis Covid-19 kalau tidak ada bukti, buat apa dokter meng-covid-kan pasien?," ucapnya.

Ia menyinggung soal banyak masyarakat yang tak memahami gejala yang ditimbulkan Covid-19 berbeda-beda, sesuai organ tubuh yang diserang.

Erlina menyebutkan, pandemi Covid-19 ini bisa menyerang organ tubuh selain saluran pernapasan, seperti saluran pencernaan, organ jantung, pembuluh darah, pankreas, dan bahkan otak.

Berkat masyarakat kurang paham itu, ucap dia, membuat mereka menuduh para dokter asal diagnosis.

Baca Juga: 150 TKA Tiongkok Tiba di Kepri, Disnaker: Bukan Pekerja Lokal Tak Mampu, Mereka Lebih Paham

"Kadang-kadang pasien datang dengan gejala stroke dan positif Covid-19, lalu keluarga marah-marah ke dokter karena merasa yang dialaminya gejala stroke, padahal infeksi Covid-19 juga," katanya.

Lebih lanjut, sosok yang juga sebagai Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia ini mengimbau masyarakat tidak berburuk sangka kepada dokter yang memberi diagnosis Covid-19.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Warta Ekonomi Rakyat Merdeka


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah