Ia memberikan contoh misalya, ketika Rocky Gerung mengatakan A- untuk penilaian dirinya selama satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di periode kali ini, namun dengan bahasanya khanya sendiri. Rocky Gerung menyebutkan A untuk kebohongan dan minus untuk kejujuran.
"Sebenarnya itukan sindiran yang sangat pedas, itu merupakan kalimat yang sarkastik, tapi cerdas. Kita tidak bisa menagatakan itu tidak cerdas karena saya saja terjebak, ketika dia bilang A- wah ini bagus, ternyata persepsinya berbeda," katanya.
Dengan penilaian Rocky Gerung tersebut, justru kata dia, hal yang harus dilakukan ageng-agen dan jubir pemerintahan adalah membuktikan bahwa penilaian tersebut salah dengan menunjukkan fakta dan data-data yang ada.
"Semisalnya dengan fakta bahwa Presiden Joko Widodo sudah melaksanakan sejumlah janjinya. Dengan fakta bahwa Joko Widodo itu tidak berbohong bahwa Joko Widodo jujur dalam melaksanakan atau mengemban mandat atau amanhnya," katanya.
Baca Juga: Disebut Ada Gejala Diktatorship di Rezim Jokowi, Refly: Jika Din Syamsuddin Ditangkap, Benar Adanya
Memang, kata dia, belum tentu orang seperti Rocky Gerung tidak akan berbicara lagi. Tetapi menurutnya nanti akan ada yang namanya public judgement, publik yang akan menilai sebenarnya siapa yang punya integritas apakah Rocky Gerung atau Joko Widodo.
Lebih lanjut, menurut Refly Harun Irma Suryani yang melontarkan kalimat "akan menangkap Rocky Gerung" adalah bukan perwakilan dari suara Joko Widodo.
"Dalam konteks ini saya kira Irma, ya tidak bisa dikatakan sebbagai jubir resmi pemerintah. Dia hanya anggota parpol dari partai pendukung yakni NasDem," ujar Refly Harun.
Dengan demikian, menurut dia, sebaikya dicari kontra argumen terhadap argumentasi yang disampaikan Rocky Gerung. Pasalnya, nanti rakyat akan menilai siapa yang lebih baik, kompeten, dan benar.
Baca Juga: Berakhir Mengharukan, Tangis Khabib Nurmagomedov Pecah Usai Juarai UFC 254 hingga Umumkan Pensiun