Bramantara mengatakan hal itu sebagai salah satu wujud tanggap terhadap bencana, karena dalam pengelolaan warisan budaya dunia mempunyai sistem manajemen pengelolaan bencana.
Lebih lanjut ia mengatakan, erupsi Merapi tahun 2010 yang menyebabkan susahnya dalam melakukan pembersihan dijadikan sebagai evaluasi.
Untuk itu, dalam mencegah hal tersebut terjadi lagi maka saat ini pihaknya tengah memantau perkembangan gunung itu.
"Pengalaman kemarin kita cukup susah melakukan pembersihan, Makanya saat ini kita terus memantau perkembangan Merapi," ujar dia.
Baca Juga: 11 November Diperingati Hari Jomblo di Tiongkok, Bagaimana Sejarah dan Cara Meyarakannya?
Diketahui sebelumnya, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan guguran lava pada Rabu pagi, dengan jarak luncur 700 meter ke arah Kali Senowo.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan guguran lava itu tercatat keluar dari Gunung Merapi pada pukul 3.58 WIB, 4.04 WIB, dan 5.13 WIB.
Namun, secara visual hanya terpantau satu kali dari Pos Babadan selama periode pengamatan pukul 00:00-06:00 WIB.
"Suara guguran terdengar tiga kali dan teramati satu kali dari Babadan arah Kali Senowo jarak 700 meter," kata dia.
Baca Juga: Pengungsi Erupsi Gunung Merapi di Sleman Bertambah Jadi 203 Orang, Didominasi Orang Dewasa