Pembelajaran Tatap Muka Tergantung pada Kondisi Kesehatan Anak dan Upaya Perlindungan Sekolah  

7 Juni 2021, 14:35 WIB
Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM), di SMP Darul Hikam, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Darul Hikam menjadi salah satu sekolah swasta yang menyatakan kesiapannya melakukan PTM. /BeritaKBB/Ade Bayu Indra

 

PR DEPOK - Orangtua bisa memutuskan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) bergantung kondisi kesehatan anak dan kesiapan sekolah memberikan perlindungan bagi anak.

"Bila ada masalah kesehatan yang membuat anak lebih rentan terhadap penularan Covid-19 di sekolah, orangtua sebaiknya memilih pembelajaran jarak jauh dulu," kata Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Timur Tuty Mariana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Senin, 7 Juni 2021.

Orangtua dan masyarakat wajib mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 pada anak-anak di sekolah. Mereka dapat terpapar Covid-19 di jalan saat perjalanan pergi atau pulang sekolah.

Baca Juga: Mahfud Sebut Korupsi Era Ini Lebih Gila Daripada Masa Orde Baru, Faisal Basri: Sepakat, Kemerosotan Demokrasi

"Yang pasti, kesadaran anak untuk menerapkan protokol kesehatan secara umum lebih rendah ketimbang orang dewasa. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peran anak-anak dalam penularan Covid-19 di sekolah," ucapnya.

Hal yang sama juga diberlakukan bagi guru dan staf sekolah yang mengidap penyakit komorbid. Hal ini bisa dilakukan dengan kepastian penyakit komorbid dapat dikendalikannya sebelum melakukan kegiatan di sekolah.

"Orang dewasa berusia 60 tahun ke atas dan masyarakat yang memiliki penyakit komorbid lebih berisiko sakit parah dan meninggal ketika terinfeksi virus corona. Maka dari itu, aturan pembukaan kembali sekolah mesti mengacu pada data tersebut," tuturnya.

Baca Juga: Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 17, Segera Ditutup Hari Ini

World Health Organization menyebutkan sebanyak 8,5% dari total penderita Covid-19 di dunia adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Angka kematian ini juga lebih sedikit dan gejala penyakit Covid-19 lebih ringan, tapi mereka juga mengalami masa kritis saat terserang Covid-19.

Selain itu dari penelitian di sejumlah negara terkuak anak-anak di bawah usia 18 tahun seperti 15 tahun dan sembilan tahun dinilai berisiko kecil dalam penularan Covid-19. Namun, anak-anak di bawah satu tahun beresiko terpapar penyakit tersebut.

Tuty mengemukakan sejumlah kluster Covid-19 terjadi di sekolah-sekolah yang terdapat di berbagai negara. Mereka mengalami gejala lebih sedikit dan sakit tidak terlalu parah, sehingga kasus ini tak terdeteksi.

Baca Juga: Penghina DPR-Presiden Terancam 2 hingga 4,5 Tahun Penjara, Gde: Bohongi dan Bodohi Rakyat Apa Hukumnya?

Spesialis dokter anak dari Primaya Evasari Hospital, Ria Yoanita mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orangtua dan pihak sekolah saat memulai pembelajaran tatap muka.

Cek kondisi kesehatan secara berkala kondisi kesehatan anak dengan mengukur suhu tubuh anak setiap hari dengan thermo gun. Alat ini diharapkan menampilkan hasil pengukuran suhu tanpa bersentuhan dengan permukaan kulit.

Jika suhu tubuh anak di atas batas, batuk, dan sesak napas sebaiknya minta izin untuk tetap di rumah.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler