Setengah Juta Akun Zoom Dijual di Dark Web, dari Alamat Email hingga Kata Sandi

5 Mei 2020, 10:56 WIB
ILUSTRASI peretas.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Peretas berbahasa Rusia telah menjual lebih dari setengah juta akun Zoom kepada pakar keamanan siber di dark web.

Menurut Times, seperti dikutip dari Gizchina, tak tanggung-tanggung, data yang diunggah para peretas tersebut antara lain berupa alamat email, login username, kata sandi, tautan obrolan, dan pin untuk menggelar konferensi video.

Perusahaan keamanan siber Cyble membeli akun Zoom di dark web dari pengguna Telegram berbahasa Rusia.

Sejumlah akun tersebut milik pelanggan Cyble, sehingga perusahaan dapat memverifikasi keasliannya.

Baca Juga: Misi Selamatkan Hidup Jadi Alasan Mudik Saat Pandemi Corona, Bukan Lagi Ritual Lebaran

Dijelaskan bahwa jumlah pengguna Zoom meningkat selama pandemi virus corona. Hal itu terjadi karena masyarakat di seluruh dunia diminta berada di rumah.

Selain itu, selama pandemi virus corona, ada transisi besar-besaran oleh kantor dan sekolah seiring penerapan bekerja dan belajar di rumah guna memutus rantai penyebaran virus corona.

Menurut Zoom, sebagaimana dilaporkan Antara dan dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, pada Desember 2019, sekira 10 juta orang menggunakan Zoom dalam sehari. Sementara pada Maret 2020, angka itu melonjak menjadi 200 juta orang.

Maret 2020 lalu, ditemukan sejumlah masalah di Zoom, termasuk Zoombombing ketika tamu yang tidak diundang bisa masuk dalam rapat.

Hal itu membuat sejumlah perusahaan dan pemerintah di sejumlah negara berhenti menggunakan Zoom. 

Baca Juga: Cek Fakta: Jokowi Disebut Pakai Kemeja Merah Berlogo Palu Arit, Simak Faktanya

Selain itu, awal April 2020, The Washington Post melaporkan kebocoran ribuan rekaman video call Zoom.

Menanggapi hal ini, CEO Zoom Eric Yuan mengatakan bahwa layanan Zoom tidak siap peningkatan tajam jumlah pengguna.

"Kami mengakui bahwa kami belum memenuhi harapan masyarakat—dan kami sendiri—mengenai privasi dan keamanan," kata dia.

Di antara data yang bocor tersebut, ada percakapan pribadi pengguna dan percakapan rapat.

Menurut laporan sebelumnya, jaringan peretas, yang disponsori kelompok Necurs dan kemungkinan beroperasi di Rusia, telah dihancurkan oleh Microsoft.

Divisi keamanan siber Microsoft bekerja melawan jaringan bot yang diam-diam mengirim spam ke komputer beberapa pengguna.

Komputer pengguna juga terinfeksi ransomware, yang menuntut tebusan untuk membuka kunci. Semua kejahatan tersebut diduga dilakukan kelompok peretas Necrus.

Sementara itu, baru-baru ini, Zoom telah meningkatkan keamanan di platformnya dan menambahkan sejumlah lapisan perlindungan yang diharap dapat mengatasi masalah sebelumnya dan menjauhkan pengguna dari masalah keamanan.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB The Times

Tags

Terkini

Terpopuler