Kebocoran Data Merajalela, Pakar Forensik Komputer UI Ungkap Alasannya

7 Agustus 2023, 15:02 WIB
Ilustrasi kebocoran data. /Pixabay/Pyccknn/

PR DEPOK - Indonesia akhir-akhir ini diterpa soal dugaan kebocoran data hingga dijual. Polemik tersebut menjadi sorotan seorang pakar forensik komputer dan Security, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI) Ir. Setiadi Yazid, M.Sc., Ph.D.

Diungkapkan pakar forensik komputer UI, Hacker atau seorang peretas memiliki peranan penting dalam kebocoran data. Hacker biasanya memanfaatkan kelemahan suatu jaringan.

Hacker bisa dengan bebas membaca data penting. Bahkan bisa mencuri data hingga menjualnya. Sebagaimana diketahui, publik pernah dibuat heboh dengan dugaan 337 juta data Dukcapil Kemendagri bocor.

Baca Juga: 7 Rawon di Jakarta Barat Bercita Rasa Gurih dan Nikmat, Sering Jadi Langganan Masyarakat Sekitar

"Hacker biasanya memanfaatkan celah atau kelemahan yang ada pada jaringan atau yang biasa disebut dengan vulnerability yang dapat membaca data tersebut tanpa seizin pengelola," ujar Setiadi, dilansir dari ANTARA.

Selain memanfaatkan celah di sistem vulnerability, pakar tersebut menjelaskan hacker bisa memanfaatkan kesalahan dari sisi manusia.

Adapun kesalahan dalam sisi manusia seperti melalui rekayasa sosial. Hal tersebut, dimanfaatkan hacker untuk menyalin data penting tanpa disadari petugas kemanan yang bertanggung jawab.

Baca Juga: CATAT! Ini Syarat dan Cara Mengajukan Pinjaman KUR BRI 2023 dengan Bunga yang Rendah

Lebih lanjut, kebocoran data tidak terlepas dari kelalaian manusia sendiri. Kebocoran data yang biasa ditemui yaitu keteledoran seseorang dalam memberikan data penting seperti kata sandi ke orang lain.

Juga, seseorang bisa tidak sadar menuliskan kata sandi atau password di tempat terbuka. Hal tersebut sangat berbahaya dan memancing oknum nakal melakukan peretasan.

Meskipun data di suatu sistem dilengkapi software, hacker tetap bisa melakukan peretasan. Pasalnya, software turut memiliki kelemahan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Gudeg di Sukoharjo Termaknyus, Ini Lokasinya

Kelemahan tersebut tersimpan di Vulnerability Database (VDB). Menurut pakar komputer UI, data itu bisa dibaca semua orang sehingga memungkin adanya oknum nakal yang melakukan peretasan.

Oleh karena itu, VDB perlu dipantau agar menghindari oknum atau hacker yang ingin mencuri data penting.

"Perlu disadari adalah sistem komputer ini, terutama software-nya, memang cenderung semakin canggih dan rumit, sehingga untuk mengamankannya memang tidak mudah. Lagi pula usaha maupun dana yang dikeluarkan untuk pengamanan tidak akan segera kembali sebagai keuntungan," jelasnya.

Baca Juga: Cek Besaran Dana yang Didapat dan Info Nama Penerima BLT PIP Kemdikbud 2023 di pip.kemdikbud.go.id

Sementara itu, Setiadi mengingatkan tentang maraknya kebocoran data di Indonesia bisa berdampak negatif.

Salah satu dampaknya yakni para investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi di Indonesia, karena maraknya kebocoran data.

Diketahui, kebocoran informasi bukan hanya terjadi di data Dukcapil Kemendagri. Bulan Juli lalu, 34 juta data paspor WNI diduga bocor hingga dijual oleh hacker seharga 10 dollar. Juga, 9 juta visa WNA yang masuk ke Indonesia diduga telah diretas.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler