Setengah Juta Akun Zoom Dijual di Dark Web, dari Alamat Email hingga Kata Sandi

- 5 Mei 2020, 10:56 WIB
ILUSTRASI peretas.*
ILUSTRASI peretas.* /PIXABAY/

Hal itu membuat sejumlah perusahaan dan pemerintah di sejumlah negara berhenti menggunakan Zoom. 

Baca Juga: Cek Fakta: Jokowi Disebut Pakai Kemeja Merah Berlogo Palu Arit, Simak Faktanya

Selain itu, awal April 2020, The Washington Post melaporkan kebocoran ribuan rekaman video call Zoom.

Menanggapi hal ini, CEO Zoom Eric Yuan mengatakan bahwa layanan Zoom tidak siap peningkatan tajam jumlah pengguna.

"Kami mengakui bahwa kami belum memenuhi harapan masyarakat—dan kami sendiri—mengenai privasi dan keamanan," kata dia.

Di antara data yang bocor tersebut, ada percakapan pribadi pengguna dan percakapan rapat.

Menurut laporan sebelumnya, jaringan peretas, yang disponsori kelompok Necurs dan kemungkinan beroperasi di Rusia, telah dihancurkan oleh Microsoft.

Divisi keamanan siber Microsoft bekerja melawan jaringan bot yang diam-diam mengirim spam ke komputer beberapa pengguna.

Komputer pengguna juga terinfeksi ransomware, yang menuntut tebusan untuk membuka kunci. Semua kejahatan tersebut diduga dilakukan kelompok peretas Necrus.

Sementara itu, baru-baru ini, Zoom telah meningkatkan keamanan di platformnya dan menambahkan sejumlah lapisan perlindungan yang diharap dapat mengatasi masalah sebelumnya dan menjauhkan pengguna dari masalah keamanan.***

Halaman:

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB The Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x