PR DEPOK – Seorang psikolog keluarga Ayoe Soetomo berbagi cara membuat anak tidak kesulitan saat bangun sahur.
Sahur merupakan aktivitas rutin di bulan Ramadhan dan menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua untuk membangunkan anak sedari awal lebih pagi dari biasanya untuk bersantap sahur.
Ayoe mengungkapkan bahwa para orangtua sedari awal memberitahu pada anaknya hal-hal yang berkaitan dengan bulan Ramadhan bahkan jauh sebelum memasuki bulan puasa salah satunya tentang sahur.
“Sebaiknya ajak anak mengetahui puasa Ramadhan dari jauh-jauh hari atau beberapa hari sebelum puasa agar anak tidak sulit untuk bangun sahur,” ucap Ayoe dalam webinar kesehatan dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.
Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan bercerita mengenai kisah-kisah nabi dan rasul terdahulu atau bagaimana puasa dan sahur yang dilakukan di zaman dahulu.
Kemudian barulah masuk ke topik intinya mengenai umat islam di seluruh dunia yang akan melaksanakan puasa dan ada aktivitas lain seperti tarawih dan sahur.
Jelaskan apa pengertian sahur, tujuan kita bersantap sahur, jam berapa kita harus bangun sahur.
Salah satu trik lain adalah ajak anak untuk mengobrol tentang menu sahur yang ia sukai atau ingin dihidangkan di meja makan.
“Biar tidak sulit, dari malam sudah ajak ngobrol, ‘besok kita sahur ya jadi harus bangun pagi’. Atau ajak bantu siapkan menu masakan, lalu tanya mau menu apa”, jelas Ayoe.
Baca Juga: Selain Karena Tangan Anaknya Berdarah, Ini Alasan JT Aniaya Perawat RS Siloam Palembang
Jika semangat anak sudah mulai muncul, maka orangtua segera mengatur jadwal tidur anak agar lebih mudah dibangunkan saat akan bersantap sahur.
Ayoe juga mengatakan umur yang cocok untuk memulai menjelaskan mengenai puasa dan sebagainya adalah saat anak menginjak usia empat tahun.
Caranya cukup sederhana, cukup beritahu mengenai rutinitas yang dilakukan selama bulan Ramadhan seperti sahur di pagi hari serta kewajiban untuk menahan rasa lapar dan haus hingga tiba waktu untuk berbuka.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, maka mereka akan mulai belajar berpuasa dari puasa setengah hari hingga puasa sehari penuh.
“Sesuaikan sama usia saja, jangan paksa anak yang masih terlalu kecil. Kalau dirasa kuat, tidak apa-apa dilanjutkan untuk berpuasa”, tutur Ayoe.
Tak bisa dipungkiri, ada masa ketika anak telah belajar berpuasa, muncul godaan untuk berbuka sebelum waktunya.
Bagi anak yang memiliki fisik yang kuat, maka ia bisa melupakannya dengan melakukan berbagai aktivitas menarik dan menyenangkan serta dapat mengalihkan pikirannya dari berbuka sebelum waktunya, contohnya seperti bermain.
Satu hal yang penting dan perlu diingat oleh para orangtua adalah tanamkan pada anak bahwa segala aktivitas seperti puasa, shalat tarawih berjamaah dan amalan lain di bulan Ramadhan merupakan aktivitas yang menyenangkan.
Hal ini bertujuan agar anak merasa puasa itu bukanlah sebuah beban dan bisa mereka jalani dengan rasa senang dan gembira.***