Mengenal Tedak Siten, Tradisi Turun Temurun yang Mengajarkan tentang Kehidupan Nyata

- 27 September 2022, 13:07 WIB
Prosesi ritual tradisi tedak siten Ameena Hanna Nur Atta, anak pasangan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Minggu (25/9/2022)
Prosesi ritual tradisi tedak siten Ameena Hanna Nur Atta, anak pasangan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Minggu (25/9/2022) /Riyanto Jayeng Portal Brebes/Tangkapan layar akun youtube AH

PR DEPOK – Tradisi Tedak Siten atau Turun Tanah merupakan suatu tradisi simbolis turun temurun yang diwariskan masyarakat suku Jawa, dalam hal cara mendidik orang tua terhadap anaknya yang akan menjalani kehidupan di bumi atau dunia.

Dimana dalam tradisi Tedak Siten ini mengajarkan atau memperkenalkan kepada anak supaya lebih memahami tentang kenyataan hidup yang baik dan buruk sehingga bisa memilih dan memilah yang terbaik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Dengan tradisi Tedak Siten ini terselip doa orang tua terhadap anaknya agar menjadi anak yang siap menjalani hidup serta tumbuh menjadi anak yang mandiri melalui tuntunan orang tua.

Baca Juga: Cara Daftar BLT BBM 2022 Rp600.000 secara Mandiri di HP, Jangan Lupa Unduh Aplikasi Cek Bansos

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, Tedak Siten adalah upacara daur hidup yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati seorang anak (bayi) yang telah berusia sekitar tujuh atau delapan bulan.

Tedak siten berasal dari kata tedak yang artinya turun dan siti yang artinya tanah sehingga upacara ini juga disebut dengan istilah upacara Turun Tanah.

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, upacara ini dimaksudkan sebagai simbol bagi anak untuk bersiap-siap menjalani hidup melalui tuntunan orang tua agar nantinya dapat tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Baca Juga: Jalur Pertama Kereta Api Dibuat oleh Belanda, Bermula dari Semarang - Tanggung

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari webblogkkn.unsyiah.ac.id, tradisi ini dijalankan saat si kecil berusia hitungan ketujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa.

Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari.

Jadi bulan ketujuh kalender jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi.

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari jatim.antaranews.com, tradisiTedak Siten merupakan tradisi budaya Jawa saat pertama kali anak belajar menginjakkan kaki ke tanah.

Baca Juga: Cek Daftar Penerima BSU Tahap 3 di Link Ini, Muncul Status Ini Uang Rp600.000 Sudah Masuk Rekening

Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat kehidupan sekaligus simbolisasi rasa syukur kepada Tuhan.

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari warta.jogjakota.go.id, melalui tradisi Tedak Siten anak belajar menginjak bumi dan melangkah.

Tradisi ini mengajarkan agar orang tua dalam mendidik anak hendaknya membumi, mengajari anak tentang kenyataan hidup yang baik atau yang buruk, agar tahu dan bisa memilih serta membedakannya.

Baca Juga: Apa Itu TV Digital dan Apa Saja Keunggulannya? Simak Ulasannya di Sini

Dulu kita bermain bola secara langsung di lapangan, kadang kita bertabrakan satu sama lain yang memunculkan rasa sakit dan kemarahan, namun dengan sportifitas kita kembali berbaikan satu sama lain, karena kita sadar bahwa itu hanyalah permainan semata.

Berbeda dengan anak sekarang yang bermain bola melalui game online dimana anak sekarang tidak mendapatkan suasana guyub rukun, keriuhan dalam permainan di lapangan.

Dalam game digital justru anak diajari menyakiti anak lain, semakin dapat menyakiti maka akan dapat nilai yang tinggi.

Baca Juga: Akses cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek Penerima PKH September 2022, Masih Cair ke Masyarakat Kategori Ini

Hal ini secara tidak sadar kita di dalam mendidik anak untuk menyakiti orang lain tanpa belas kasihan.

Menyikapi hal itu, bagaimana cara kita dalam mendidik agar anak-anak membumi dalam kenyataan bukan dalam khayalan sebagaimana dalam permainan game digital.

Melalui acara tradisi Tedak Siten ini hendaknya dapat menjadi pepeling atau pengingat kita semua agar dalam mendidik dan mendampingi anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri, bertanggung jawab dan cinta lingkungan.***

 

Editor: Nur Annisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x