Usai Unjuk Rasa Pecah, Tentara Israel Berupaya Tarik Pria Palestina yang Terluka di Ambulans

26 November 2020, 15:49 WIB
Ilustrasi unjuk rasa di Palestina. /Pixabay/hosnysalah./

PR DEPOK - Beredar sebuah rekaman video menampilkan tentara Israel yang kembali melakukan upaya kekerasan pada warga Palestina.

Dalam video tersebut tampak para tentara Israel mendorong pekerja medis untuk menangkap pria Palestina yang terluka dalam ambulans Bulan Sabit Merah Palestina di Tepi Barat.

Namun, pekerja medis berhasil menutup pintu ambulans tepat sebelum meninggalkan tempat kejadian.

Baca Juga: Calon Wali Kota Depok Dinyatakan Positif Covid-19, Mohammad Idris: Saya Mohon Doa dari Semua Pihak

Video tersebut diunggah oleh akun Twitter @RamAbdu, dan di unggah kembali oleh @yarahawari.

"Video tersebut direkam hari ini, menyusul protes damai atas aktivitas pemukiman di salah satu pos pemeriksaan Israel di Tepi Barat. Tentara Israel yang bersenjata lengkap berupaya menangkap salah satu pengunjuk rasa (warga Palestina) yang terluka dalam ambulans medis!," kata akun @yarahawari dalam unggahannya.

Aksi tersebut terjadi setelah unjuk rasa dilakukan oleh warga Palestina pada Selasa, 24 November 2020.

Baca Juga: Tawarkan 5 Juta untuk Beli Wajah Orang, Perusahaan Jepang Produksi Topeng Cetak 3D Realistis

Kementerian Kesehatan Palestina mengutuk aksi tersebut yang memaksa masuk ke dalam ambulans, dan insiden kedua yaitu menargetkan personel medis dalam beberapa hari ke belakang.

"Dunia melihat dalam video bagaimana tentara pendudukan menyerbu ambulans dengan senjata dan mencoba menangkap salah satu warga yang terluka," kata Menteri Kesehatan Palestina, Mai Al-Kaila, seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari AlJazeera pada Kamis, 26 November 2020.

Kemudian, pada Selasa 24 November 2020, terdapat 24 warga Palestina terluka akibat peluru berlapis karet dan gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel pada mereka dalam aksi unjuk rasa di lembah Yordania.

Baca Juga: Meski Pemilu 2024 Masih 3,5 Tahun Lagi, Survei CPCS Tunjukkan Kenaikan Elektabilitas PDIP dan PSI

Untuk diketahui, Lembah Yordania merupakan rumah dari sekitar 60.000 warga Palestina.

Namun, menurut PBB hampir 90 persen tanahnya merupakan bagian dari Area C yang diketahui tiga per lima di Tepi Barat di bawah kendali penuh Israel.

Daerah tersebut termasuk pada area militer tertutup dan sekitar 50 pemukiman ilegal Yahudi, menampung sekitar 12.000 orang Israel.

Daerah itu juga berada di bawah ancaman aneksasi (pencaplokan) Israel. Rencana aneksasi Lembah Yordania secara resmi memicu kecaman internasional.

Baca Juga: Muncul Secara Misterius, Sebuah Tugu 'Alien' Ditemukan di Tengah Gurun tak Berpenghuni

Negara-negara Eropa dan Arab telah memperingatkan bahwa hal itu akan melanggar hukum internasional serta mengancam harapan yang tersisa untuk solusi dua negara.

Orang-orang Palestina di daerah tersebut dilarang melakukan aktivitas di tanah milik mereka sendiri.

Mereka dilarang menggali sumur atau membangun infrastruktur apapun tanpa izin militer, yang sangat sulit didapat.

Apapun yang dibangun tanpa izin, dari mulai perluasan rumah hingga tenda, kandang hewan, dan jaringan irigasi berisiko dibongkar oleh militer Israel.

Baca Juga: Tanggapi Rencana Pelibatan TNI dalam Penanganan Terorisme, DPR Usulkan Bentuk Badan Pengawas

Bahkan, hampir 800 warga Palestina, termasuk 404 anak di bawah umur, telah kehilangan rumah mereka pada tahun 2020.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera

Terkini

Terpopuler