Muslim Utsul Jadi Target China Setelah Uighur? Pemerintah Hapus Tanda Halal dan Tutupi Kalimat Allahu Akbar

3 Maret 2021, 13:54 WIB
Masjid besar yang berlokasi di Sanya, Provinsi Hainan, China. /New York Times

PR DEPOK  Usai muslim Uighur santer dikabarkan mengalami diskriminasi dan ditahan di kamp konsentrasi oleh Pemerintah China, kini beredar kabar bahwa negara tersebut menjadikan muslim Utsul di Provinsi Hainan sebagai target selanjutnya.

Muslim Utsul adalah komunitas muslim yang tinggal di Provinsi Hainan, wilayah paling selatan China, yang memiliki iklim tropis dengan pantai pasir putih dan pohon-pohon yang rindang.

Komunitas muslim ini disebut-sebut sebagai target kampanye nasional Partai Komunis China selanjutnya setelah muslim Uighur.

Baca Juga: Lepas dari Pengawasan Orang Tua, Anak TK Meninggal Usai Terkunci dalam Mesin Cuci yang Sedang Berputar

Dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari The New York Times, azan memang masih bergema di lingkungan yang ditinggali oleh muslim di Sanya.

Namun, beberapa tanda-tanda di toko dan rumah yang bertuliskan “Allahu Akbar” yang berarti Allah Maha Besar kabarnya telah ditutupi dengan stiker selebar kaki yang mempromosikan tulisan “Impian China” yang merupakan slogan resmi nasionalis Partai Komunis China.

Tak hanya tulisan Allahu Akbar, pemerintah juga telah menghapus logo halal dari tanda dan menu restoran.

Baca Juga: Karena Alasan Ini, Pangeran Tunku Ismail Ingin Beli Klub Valencia dari Tangan Peter Lim

Pihak berwenang juga telah menutup dua sekolah islam dan telah dua kali mencoba melarang siswi untuk mengenakan kerudung.

Untuk diketahui, Utsul adalah komunitas muslim yang jumlahnya tidak lebih dari 10.000 muslim di Sanya, Provinsi Hainan.

Dengan adanya sejumlah peraturan yang diterapkan di Sanya ini menunjukkan bahwa pemerintah setempat mulai menjadikan muslim Utsul sebagai target kampanye Partai Komunis China selanjutnya dalam melawan agama asing.

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 13 Segera Dibuka Maret 2021, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya

Beijing dikabarkan tengah berupaya untuk mengikis identitas agama, bahkan dari minoritas muslim terkecil di daerah tersebut, dan mendorong budaya Tionghoa yang bersatu dengan mayoritas etnis Han.

Atas penargetan muslim Utsul ini, Partai Komunis China mengatakan bahwa pembatasan pada Islam dan komunitas muslim itu bertujuan untuk mengekang ekstremisme agama yang kejam.

Alasan serupa juga telah dipakai sebelumnya untuk membenarkan tindakan keras mereka terhadap muslim Uighur di wilayah paling barat China, Xinjiang.

Baca Juga: Ma’ruf Amin Kaget Ada Aturan Soal Miras, Mardani Ali: Padahal Wapres Kita Berilmu, Sayang Tak Diajak Terlibat

“Pengetatan control atas muslim Utsul mengungkapkan wajah sebenarnya dari kampanye Komunis China terhadap komunitas lokal. Ini tentang mencoba memperkuat kontrol negara, ini murni gerakan anti-Islam,” ujar Ma Haiyun, seorang profesor di Frostburg State University di Maryland yang mempelajari Islam di China.

Kendati telah banyak tudingan yang ditujukan pada pemerintah China, negara tersebut berulang kali membantah babhwa mereka menentang Islam.

Akan tetapi, berbanding terbalik dengan bantahan tersebut, pemerintah China di bawah kepemimpinan Xi Jinping telah merobohkan masjid, tempat suci kuno, kubah dan menara Islam di barat laut dan tengah China.

Baca Juga: Burung Pelanduk Kalimantan Kembali Ditemukan Komunitas Galeatus Usai Dinyatakan Hilang 172 Tahun Silam

Salah satu tindakan yang paling menuai kontroversi dari dunia adalah tindakan keras terhadap muslim Uighur, yang berjumlah 11 juta jiwa di Xinjiang.

Banyak dari mereka yang telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi massal dan kabarnya dipaksa untuk meninggalkan islam.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler