Akibat Habitat Menyusut, Seekor Gajah Ditemukan di Bawah Jembatan Penyebrangan di China

20 Juli 2021, 15:55 WIB
Ilustrasi gajah di China. /tomtom4167/Pixabay

PR DEPOK – Baru-baru ini seekor gajah betina muncul di tempat terbuka di tepi hutan tepat di bawah jembatan penyeberangan di Provinsi Yunnan, China barat daya.

Menurut Qin Ganglin, seorang petugas di Lembah Gajah Liar di wilayah Xishuangbanna Yunnan mengatakan biasanya pengunjung harus menunggu hingga Februari atau Maret, saat betina mencari pasangan untuk melihat hewan tersebut.

"Mereka tidak sering keluar sekarang, dan hanya sesekali," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Baca Juga: Ria Ricis Kurban Sapi Seberat 1 Ton, Hewan Ini Jalani Perawatan Spa Sebelum Disembelih

Interaksi manusia dengan gajah telah mendapat sorotan baru setelah kawanan 16 gajah Asia meninggalkan Xishuangbanna tahun lalu.

Sebagian besar dari gajah tersebut bermigrasi 500 kilometer atau (311 mil) ke utara ke pinggiran ibukota Yunnan, Kunming.

Gajah di Xishuangbanna jumlahnya lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 300 dalam 20 tahun terakhir.

Baca Juga: Jokowi Sebut RI Butuh Napas Panjang Hadapi Pandemi, Gde Siriana: Napas Rakyat Sudah Pendek, Sediakan Oksigen!

Kondisi tersebut menjadi tanda keberhasilan dalam merehabilitasi kawanan gajah, namun kemungkinan mereka mencari lebih banyak ruang, terutama karena jumlah lahan yang cocok untuk mereka telah berkurang 40 persen selama dua dekade.

Komisi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China, yang bertanggung jawab atas perlindungan habitat, tidak menanggapi permintaan komentar atas hal tersbut.

Namun kantor berita negara Xinhua mengatakan bahwa persiapan untuk membangun taman nasional di Yunnan untuk memperbaiki kondisi gajah telah dimulai.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Film Religi yang Cocok Menemani Libur Idul Adha, Salah Satunya Sang Kiai

“Kami berusaha mengembalikan mereka ke habitat lama mereka,” kata Zhou Jinfeng, Sekretaris Jenderal Yayasan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan Hijau China (CBCGDF).

Ia juga mengungkapkan bahwa mereka perlu membantu para gajah menemukan habitat yang baru.

Saat perluasan pertanian monokultur, ladang didedikasikan untuk tanaman tunggal seperti teh dan karet, serta pembangunan proyek transportasi raksasa di wilayah tersebut, telah mengganggu rute penggembalaan dan jelajah gajah.

Baca Juga: Presiden Jokowi Laksanakan Salat Idul Adha di Halaman Istana Bogor

Salah satu gangguan terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air Jinghong.

Diketahui pula bahwa raksasa listrik negara Huaneng, yang membangun pembangkit itu, tidak menanggapi hal tersebut.

Penduduk Xishuangbanna mengatakan bahwa penampakan gajah telah berkurang sejak 2007, ketika pembangkit listrik tenaga air selesai dibangun.

"Sejak pembangkit listrik tenaga air dibangun, mereka belum bisa menyeberangi sungai," ucap Zhou Hongbing

Baca Juga: Bantuan Sosial yang Direncanakan Cair dalam Waktu Dekat, di antaranya PKH, BST, BPNT, dan BLT Dana Desa

Qin dari Wild Elephant Valley juga mencatat bahwa perkebunan teh telah mengikis beberapa bagian dari zona perlindungan gajah.

Penanaman karet secara ekstensif di seluruh wilayah juga telah mengganggu kebiasaan makan gajah.

Para ahli juga menunjukkan upaya reboisasi ekstensif Xishuangbanna, yang telah mengurangi padang rumput habitat gajah.

Baca Juga: Bukan untuk Mencegah Seks Bebas Para Atlet, Ini Fakta Tempat Tidur Kardus di Olimpiade Tokyo 2020

Zhou mengatakan setiap taman nasional baru harus menghubungkan semua habitat gajah yang ada dan terfragmentasi dan memberi gajah ruang untuk berkeliaran dan makanan untuk mencari makan.

"Jika jumlahnya berlipat ganda lagi dalam 50 tahun ke depan, kita perlu memiliki banyak ruang di Yunnan," tuturnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler