Katherine Johnson, Tokoh yang Tidak Menutup Mata Terhadap Rasisme

25 Februari 2020, 17:07 WIB
Katherine Johnson, ahli matematika NASA meninggal dunia di usia 101 tahun /Reuters

PIKIRAN RAKYAT - Katherine Johnson dikenal sebagai tokoh yang tidak menutup mata terhadap isu rasisme yang ada di tempat dia bekerja di NASA.

Diketahui, bahwa selama perlombaan antariksa antara Amerika Serikat dan negara bekas Uni Soviet yang mulai berakhir pada 1950-an, Johnson dan rekan kerjanya menghitung angka untuk peluncuran roket tak berawak.

Uji terbang dan studi keselamatan pesawat menggunakan pensil, pengatur geser, dan mesin penghitung mekanis.

Baca Juga: Angin Puting Beliung Hantam Belasan Rumah Warga di Depok, Wawan Bercerita Detik-detik Bencana Datang

Tetapi mereka melakukan pekerjaan mereka di fasilitas yang terpisah dari pekerja kulit putih dan diminta untuk menggunakan toilet dan ruang makan yang terpisah.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Reuters Selasa, 25 Februari 2020, dalam riwayatnya Johnson selalu mengatakan bahwa dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dari pada peduli dengan rasisme yang terjadi di tempat kerjanya.

"Dia tidak menutup matanya terhadap rasisme yang ada," kata Margot Lee Shetterly.

Baca Juga: Katherine Johnson, Ahli Matematika NASA Meninggal di Usia 101 Tahun

"Dia tahu, sama seperti orang kulit hitam lainnya yang dikenakan pajak atas warna kulit mereka. Tapi dia tidak merasakannya dengan cara yang sama. Dia berharap rasisme itu pergi, bahkan mencoba mengusir hal itu dalam pekerjaan sehari-harinya karena merasa prihatin," ujar Shetterly.

Sebagai seorang wanita, Johnson terpesona oleh angka-angka dan menghitung segalanya, bahkan ketika berjalan dan mencicipi hidangan yang ia tetap menghitung.

Katherine Johnson dibesarkan di Virgina Barat. Berkesempatan mengeyam pendidikan bersama orang kulit hitam yang dibatasi karena adanya pemisahan.

Baca Juga: Pasangan Lansia Tersesat di Hutan, Bertahan Hidup Minum dari Genangan Lumpur dan Makan Pakis

Tetapi ibunya, seorang mantan guru dan ayahnya seorang petani dan tukang, berhasil menekankan mengenai pendidikan dan memindahkan keluarganya sejauh 120 mil ke kota yang memiliki sekolah menengah untuk anak-anak kulit hitam.

Keterampilan Johnson dalam matematika, membawanya ke West Virginia State College pada usia 15 tahun.

Dia mempelajari program matematika sekolah, meraih gelar di bidang matematika dan bahasa Prancis sebelum menjadi salah satu siswa kulit hitam pertama di sekolah pascasarjana di West Virginia State College pada tahun 1938.

Baca Juga: Angin Puting Beliung Terjang Sekolah di Depok, Atap Kelas Hancur hingga Hambat Pelaksanaan Try Out

Setelah mengajar di sekolah selama tujuh tahun, Johnson kemudian bekerja untuk Komite Penasihat Nasional untuk Aeronautika, pendahulu NASA, di Hampton pada tahun 1953 dengan lusinan perempuan berkulit hitam lainnya.

Johnson mendapati dirinya berada di ranah yang hampir seluruhnya dari lelaki kulit putih ketika dia terpilih untuk menjadi bagian dari tim yang mendukung misi 1961 yang menjadikan Alan Shepard sebagai orang Amerika Serikat Pertama yang menuju luar angkasa.

Johnson terus menghitung lintasan roket, jalur orbit dan sampai tahap peluncurannya.

Baca Juga: 8 Manfaat Susu untuk Kecantikan Kulit, Salah Satunya Menumbuhkan Rambut

Johnson juga melakukan transisi ke era komputer dan bekerja pada program ulang-alik sambil menulis 26 laporan penelitian sebelum pensiun pada tahun 1986, menurut NASA.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler