Usai Terombang-ambing di Tengah Laut, Puluhan warga Rohingya Tiba di Bangladesh

4 Mei 2020, 11:30 WIB
KAPAL yang digunakan warga muslim Rohingya yang tewas di tengah laut.* /Antara/

PIKIRAN RAKYAT - Puluhan warga Rohingya yang diyakini berasal dari salah satu kapal yang terjebak di laut, mendarat di pantai Bangladesh Selatan pada Sabtu, 2 Mei 2020.

"Kapal kecil yang mengangkut 43 warga tiba di pantai hari ini," kata pejabat pemerintah, yang menolak disebutkan identitasnya.

Dia mengatakan beberapa dari mereka yang tiba dikirim ke Bhasan Char daerah terpencil di lepas pantai, tempat otoritas sebelumnya berencana menampung warga Rohingya.

Baca Juga: Cegah Potensi Bencana di Tengah Perubahan Iklim, LIPI Ingatkan Penggunaan Air dengan Bijak

Dikutip dari Antara oleh Pikiranrakyat-depok.com, Direktur kelompok pemantau Arakan Project Chris Lewa mengatakan kelompok yang mendarat pada hari Sabtu itu kemungkinan datang dengan kapal kecil dari salah satu kapal yang lebih besar, yang masih berada di laut.

Ia meyakini bahwa kapal tersebut membawa ratusan orang. Sebagaimana diberitakan oleh Pikiranakyat-bekasi.com sebelumnya, menurut petugas penjaga pantai Bangladesh, terdapat 832 orang yang berada di kapal tersebut.

Selain itu, menurut kelompok pembela HAM, ratusan warga Rohingya, anggota minoritas Muslim dari Myanmar, terlantar di sedikitnya dua kapal pemukat antara Bangladesh dan Malaysia.

Baca Juga: Narapidana Muslim di AS Tidak Difasilitasi Makanan Sahur dan Berbuka oleh Petugas Penjara

Hal itu lantaran karena di negara Asia Tenggara tersebut sedang memperketat perbatasan untuk mencegah penyebaran Virus Corona.

Kapal lainnya, yang membawa ratusan warga Rohingya yang kelaparan dan kurus kering setelah beberapa pekan di laut, tiba di Bangladesh pada pertengahan April lalu.

Para penyintas menceritakan belasan orang meninggal di kapal karena kelaparan.

Baca Juga: 'Dipulangkan' Wali Kota, Kadiskominfo Depok Laporkan ke Komisi ASN

Mengetahui hal itu, PBB mendesak otoritas agar mengizinkan kapal-kapal itu mendarat, namun sentimen antipengungsi melonjak di Malaysia.

Sementara pemerintah negara-negara menyatakan perbatasan ditutup sebagai langkah untuk mencegah virus corona.

Menurut laporan Pikiranrakyat-bekasi.com sebelumnnya, Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar yang mayoritas beragama Buddha dan mereka mengeluhkan penganiayaan.

Baca Juga: DKR Kecam Wali Kota Depok, Pasien Suspect Corona Dipungut Biaya Ratusan Hingga Jutaan

Namun, Myanmar membantah menganiaya Rohingya dan mengatakan bahwa mereka bukan kelompok etnis asli tetapi merupakan pendatang dari Asia Selatan.

Lebih dari satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh Selatan.

Sementara, mayoritas telah diusir dari rumah mereka di Myanmar setelah penumpasan militer pada tahun 2017 yang dikatakan tentara sebagai respons terhadap serangan oleh pemberontak Rohingya.

Baca Juga: Perusahaan Beroperasi Selama PSBB, Wali Kota Depok: Karyawan Wajib Miliki Surat Tugas

Selama bertahun-tahun, warga Rohingya telah menggunakan kapal yang dioperasikan oleh penyelundup dengan harapan menemukan tempat perlindungan di Asia Tenggara.

Perjalanan biasanya berlangsung pada musim kemarau, antara November dan Maret, ketika laut tenang.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia khawatir karantina wilayah sebagai tanggapan terhadap virus corona dapat menyebabkan terulangnya krisis pada 2015, ketika kerusuhan oleh Thailand mengakibatkan penyelundupan manusia melalui laut di atas kapal-kapal yang reyot.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler