PR DEPOK - Covid-19 varian Omicron kini telah menjadi varian dominan di banyak negara dunia, termasuk Inggris.
Dengan subvarian BA 2 yang menjadi sorotan, kini banyak ahli yang berusaha untuk mempelajari lebih lanjut perihal Omicron yang dikabarkan sangat menular, meski tak separah Delta.
Di Inggris, pasien yang terinfeksi Omicron menginformasi bahwa ada gejala yang muncul di luar gejala biasa, yaitu kehilangan nafsu makan.
Baca Juga: Bank Dunia Siapkan Dana Sebesar Rp5,02 Triliun untuk Ukraina, Janjikan Lebih Banyak Dukungan
Setelah melihat rekor puncak yang disebabkan oleh Omicron, Inggris mengalami penurunan kasus harian dengan sekitar 34.000 infeksi per hari.
Namun para ahli kini mulai mempelajari terkait tingkat penularan yang tinggi dari Covid-19 varian Omicron, tersmasuk gejala yang menyertai.
Mampu menemukan gejala dan mengisolasi diri dengan segera dapat membantu menghentikan penyebaran Omicron di Inggris.
Namun, gejala Omicron tidak hanya mencakup batuk, demam dan kehilangan atau perubahan rasa dan bau.
Faktanya, data dari aplikasi ZOE COVID Study menemukan bahwa hanya setengah dari pasien yang mengalami ketiga gejala tersebut.
Aplikasi ini digunakan untuk mengamati gejala Covid-19 dengan menerima laporan diri dari penggunanya yang dinyatakan positif.
Sekarang, tanda-tanda termasuk kehilangan nafsu makan dan melewatkan makan dilaporkan 'semuanya bisa menjadi gejala Covid-19'.
Hal tersebut didukung dengan 'peningkatan tajam' dalam laporan gejala gastrointestinal.
Tanda-tanda lain yang digolongkan sebagai masalah pencernaan adalah, diare, perut, nyeri dan mual (merasa sakit).
Beberapa gejala seperti diare dikaitkan dengan infeksi pada awal pandemi.
Mereka juga menambahkan, sementara gejala ini dapat menandakan Omicron, namun laporannya tidak lebih tinggi dari apa yang mereka amati dengan varian Delta.***