Hadapi Konfrontasi Tiongkok di Laut China Selatan, AS Kerahkan Kapal Rudal B-1

16 Mei 2020, 11:05 WIB
KAPAL rudal Angkatan Udara B-1.* /Military.com/

PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan militer kepada Tiongkok di tengah ketegangan di antara dua negara tersebut di Laut China Selatan.

Negeri Paman Sam juga telah menuduh Beijing sedang berupaya memanfaatkan pandemi virus corona untuk memperluas lingkup pengaruhnya di wilayah tersebut.

Dilansir CNN International, Sabtu 16 Mei 2020, Armada Pasifik Angkatan Laut mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengumumkan bahwa semua kapal selamnya di wilayah tersebut harus berada di laut.

Tujuan tersebut untuk melakukan operasi "mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka di tengah pandemi Covid-19".

Baca Juga: Sempat Viral karena Bertarung Nyawa, Penduduk 'Desa Tebing' Direlokasi ke Tempat yang Lebih Layak 

Dalam beberapa minggu terakhir, kapal-kapal Angkatan Laut AS dan kapal rudal Angkatan Udara B-1 sudah melakukan misi yang bertujuan untuk mengirimkan pesan publik bahwa militer AS bermaksud untuk mempertahankan kehadiran di wilayah tersebut serta meyakinkan negara sekutu.

"Republik Rakyat Tiongkok berusaha menggunakan fokus regional pada Covid-19 untuk secara tegas memajukan kepentingannya sendiri," kata Kapten Angkatan Laut AS Michael Kafka dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Sementara itu, Jenderal Timothy Ray, Komandan Global Strike Air Force mengatakan bahwa pihaknya memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menyediakan tembakan jarak jauh di mana saja, kapan saja, dan dapat membawa daya tembak yang luar biasa - bahkan selama pandemi.

Tantangan-tantangan itu menarik teguran keras dari Beijing yang mendesak AS untuk fokus pada tanggapan virus corona-nya dan menghentikan operasi militer semacam itu.

Baca Juga: Kucing Dikabarkan Dapat Tularkan Covid-19 ke Sesama, Begini Penjelasan Tim Peneliti 

"Tiongkok mendesak AS untuk fokus pada bisnisnya sendiri dengan pada bisnisnya sendiri dengan pencegahan dan pengendalian pandemi, memberikan lebih banyak kontribusi pada perjuangan global melawan Covid-19, dan segera menghentikan operasi militer yang merusak keamanan, perdamaian, dan stabilitas kawasan," kata Col Senior Li Huamin, juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat.

Tidak ada yang menyarankan AS menuju konflik dengan Tiongkok, tetapi Menteri Pertahanan Mark Esper terus menjadikan Beijing sebagai dalang di balik pandemi Covid-19.

"Kami prihatin dengan meningkatnya aktivitas opurtunistik oleh Tiongkok yang mana memaksa negara-negara tetangga dan menekan klaim maritimnya yang melanggar hukum di Laut China Selatan. Sementara dunia sedang berfokus pada penanganan Covid-19," kata juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn.

Baca Juga: Tanggapi Mahalnya Iuran BPJS Kesehatan, DPR: Rakyat Tidak Akan Cerdas, Jika Kesehatan Terganggu 

Tiongkok sudah sejak lama mengkritik apa yang disebutkan provokasi yang dilakukan AS dan upaya militernya di Laut China Selatan yang dimulai beberapa tahun lalu ketika Tiongkok mengajukan klaim teritorial yang disengketakan.

Laut China Selatan dianggap sebagai lokasi yang strategis untuk dijadikan rumah bagi beberapa rute pengiriman di dunia serta potensi cadangan sumber daya alam seperti minyak dan gas.

Sebagian laut diperebutkan oleh banyak negara, termasuk Tiongkok, Vietnam, Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Taiwan. Tiongkok telah membangun pos-pos di pulau-pulau buatan di daerah yang disengketakan.

Selain itu, Tiongkok sudah membangun fasilitas militer dan rudal di sana sebagai bagian dari upaya untuk melakukan kontrol atas jalur strategis.

Baca Juga: Kabar Baik dari Vaksin Covid-19, Penelitian Universitas Oxford Tunjukkan Hasil Baik pada Monyet 

Pada hari Rabu, sebuah kapal rudal milik Angkatan Laut AS, USS McCampbell, transit di Selat Taiwan.

"Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Letnan Anthony Junco, jubir Armada Ketujuh Angkatan Laut AS.

AS juga mengatakan bahwa Tiongkok telah berusaha untuk mengintimidasi negara-negara lain di kawasan tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: CNN

Tags

Terkini

Terpopuler