Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Dilema dengan Tuntutan Baru Rusia untuk Akhiri Perang

9 Maret 2022, 13:45 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Rusia saat ini sudah melayangkan tuntutan baru jika ingin perang berakhir. /Reuters

PR DEPOK – Berbagai upaya dilakukan dunia internasional untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina.

Israel menjadi salah satu negara yang berupaya menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina.

Setelah bertemu dengan Rusia, Israel menyebutkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Juga: Doni Salmanan Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Penipuan Investasi Trading, Polri Telusuri Aliran Dananya

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Times of Israel, Israel melaporkan rincian percakapan Perdana Menteri Naftali Bennett baru-baru ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina.

Bennett dilaporkan tidak mengajukan proposal gencatan senjata Israel kepada salah satu pemimpin dan cukup dengan menyampaikan pesan dari satu pemimpin ke pemimpin lainnya.

Menurut pejabat Israel, Rusia lebih lunak untuk tuntutannya dengan tidak lagi menginginkan seluruh negara didemiliterisasi, tetapi hanya wilayah Donbas di timur.

Baca Juga: Atasi Kemacetan di Jalan Banjaran dan Kopo, Bupati Bandung Berencana Bangun Jalan Lingkar Katapang-Majalaya

Akan tetapi, Rusia akan tetap melakukan invasi jika Ukraina masih tetap melawan.

Terkait hal ini, Israel yakin Ukraina berada di persimpangan jalan yang kritis dan harus memutuskan antara tawaran gencatan senjata sulit yang diajukan oleh Rusia atau mengambil risiko fase baru yang jauh lebih merusak dalam perang.

Sementara itu, Volodymr Zelensky mengatakan telah menenangkan diri mengenai rencana untuk bergabung dengan NATO.

Baca Juga: Jelang MotoGP Mandalika 2022, Pengaspalan Ulang Sirkuit Ditargetkan Rampung Hari Ini

Sebelumnya, Rusia telah mengatakan akan menarik kembali pasukan segera jika Ukraina berhenti berperang, mengakui Krimea sebagai Rusia, mengesahkan undang-undang yang mengikatnya pada netralitas yang akan menjauhkannya dari NATO dan mengakui wilayah separatis Donetsk dan Lugansk sebagai wilayah yang merdeka.

Volodymyr Zelensky menggambarkan tuntutan itu terlalu jauh dan mengindikasikan dia tidak percaya bahwa Rusia sedang bernegosiasi dengan itikad baik.

"Kami tidak siap untuk menyerah karena ini bukan tentang saya, ini tentang orang-orang yang memilih saya," ujarnya.

Baca Juga: Gigi Hadid akan Donasikan Pendapatannya untuk Palestina dan Ukraina

Sebagai informasi, Vladimir Putin awalnya menggambarkan invasi sebagai operasi khusus untuk melindungi wilayah Donbas yang separatis dengan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Israel sejauh ini menilai Vladimir Putin tetap bertekad untuk mencapai semacam kemenangan.

Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Selasa bahwa dia telah berbicara dengan Bennett dan berterima kasih kepadanya atas usahanya untuk menengahi antara Moskow dan Kyiv.

Baca Juga: Haji Faisal Datangi Kediaman Atta Halilintar, Denny Darko: Jangan-jangan Tahun Ini Pernikahan Fuji dan Thariq

Pejabat Ukraina juga telah berterima kasih kepada Israel atas upaya mediasinya serta untuk mengirim bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang melarikan diri dari negara itu.

Sementara itu, Pejabat AS percaya bahwa Vladimir Putin mungkin meningkatkan serangan yang telah menewaskan ratusan warga sipil menurut perkiraan konservatif dan memicu eksodus pengungsi terbesar di Eropa dalam beberapa dekade.***

 

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Times of Israel

Tags

Terkini

Terpopuler