Sebut Menentang Sanksi dalam Selesaikan Perselisihan, Xi Jinping: Kami Mendukung Dialog dan Konsultasi

22 April 2022, 13:30 WIB
Dalam pernyataannya, Xi Jinping menyebut bahwa dirinya mendukung dialog alih-alih sanksi, disinyalir dukungan pada Rusia. /REUTERS/Carlos Garcia Rawlins./

PR DEPOK – Pemimpin China, Xi Jinping mengatakan pemerintahnya mendukung negosiasi dan menentang penggunaan sewenang-wenang sanksi untuk menyelesaikan perselisihan internasional.

Pernyataan Xi Jinping tersebut dinilai sebagai konfirmasi bahwa China berpegang teguh pada pendiriannya untuk menolak mengkritik invasi Rusia ke Ukraina.

Meskipun semakin banyak bukti tentang kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia, China telah menolak untuk mengutuk perang yang dilakukan Moskow.

China juga telah abstain atau berpihak pada Rusia dalam proposal yang diajukan ke PBB untuk mengecam Kremlin atas tindakannya.

Baca Juga: Cara Daftar DTKS Kemensos Online, Hanya Pakai KTP Dapat Dana Bansos PBI April 2022

Media yang dikontrol pemerintah China juga telah memperkuat disinformasi Rusia tentang Ukraina yang melancarkan serangan dan memproduksi senjata biologis dengan kerja sama AS.

Xi Jinping mengatakan bahwa China menolak standar ganda, dan menentang penggunaan sanksi sepihak dan yurisdiksi yang sewenang-wenang.

“Kami tetap berkomitmen untuk secara damai menyelesaikan perbedaan dan perselisihan antar negara melalui dialog dan konsultasi, mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai,” kata Xi Jinping, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Inilah Tanda jika BLT Subsidi Gaji Rp1 Juta dari BSU BPJS Ketenagakerjaan 2022 Sudah Masuk Rekening

Pemimpin China itu juga mengatakan bahwa Beijing tetap berkomitmen untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara dan tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.

China diyakini sedang mempelajari krisis Ukraina untuk mengetahui bagaimana hal itu nantinya dapat mempengaruhi kebijakannya terhadap Taiwan.

Taiwan memiliki pemerintahan sendiri yang diancam Beijing akan diserbu untuk membawanya di bawah kendalinya.

Baca Juga: BLT Dana Desa 2022 Kapan Cair? Simak Jadwal dan Cara Cek Nama Penerima dengan Login sid.kemendesa.go.id

Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada tahun 1949, tetapi China mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya sendiri.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin juga mengatakan bahwa China selalu menentang sanksi sepihak dan yurisdiksi lengan panjang yang tidak memiliki dasar dalam hukum internasional dan tidak disahkan oleh Dewan Keamanan (PBB).

“Sanksi bukanlah cara yang tepat untuk meredakan ketegangan, mengakhiri perang, atau menghindari korban, tetapi hanya akan memperburuk konflik, meningkatkan limpahan, dan membuat dunia membayar lebih,” kata Wang.

Baca Juga: Kabar Baik, Penerima Vaksin Janssen Dosis Pertama Bisa Peroleh Booster Moderna

Xi Jinping bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing kurang dari sebulan sebelum Rusia meluncurkan invasi 24 Februari.

Saat itu kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan kedekatan mereka.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler