Perang Hari ke-113: Ukraina Tolak Ultimatum hingga Muncul Dukungan China untuk Rusia

16 Juni 2022, 09:25 WIB
Penduduk setempat berjalan hingga mengayuh sepeda di seberang jalan saat asap naik di atas pabrik baja Azovstal. /Alexander Ermochenko/Reuters

PR DEPOK – Rusia dan Ukraina sudah terlibat dalam perang selama 113 hari sejak perintah invasi Vladimir Putin pada 24 Februari 2022 lalu.

Ukraina sejauh ini menentang ultimatum Rusia untuk menyerahkan Sievierodonetsk karena Moskow sudah menguasai 80 persen kota itu.

Selain itu, Rusia menuntut pasukan Ukraina menghentikan "perlawanan tidak masuk akal dan meletakkan senjata" mulai Rabu pagi.

Baca Juga: Kendati Menderita, Volodymyr Zelensky Minta Pasukannya di Sievierodonestk Tak Menyerah

Pasalnya, Rusia menuduh Ukraina mengganggu rencana untuk membuka koridor kemanusiaan bagi warga sipil untuk melarikan diri.

Untuk diketahui, ribuan warga sipil Ukraina, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua, terjebak di Sievierodonetsk dengan pasokan makanan, air bersih, sanitasi, dan listrik yang semakin berkurang.

“Situasi mendesak sedang berkembang di bunker di bawah pabrik kimia Azot di kota itu,” kata seorang juru bicara PBB seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Baca Juga: Barcelona Pasang Tawaran Baru untuk Datangkan Robert Lewandowski ke Camp Nou

Sekitar 500 warga sipil yang diyakini terperangkap bersama tentara di dalam Azot sedang bersiap untuk melarikan diri dari kota melalui kemungkinan koridor kemanusiaan.

Sekutu Ukraina, AS dikabarkan akan memberikan tambahan bantuan senilai 1 miliar dolar.

Joe Biden telah mengkonfirmasi, paket dukungan termasuk 18 howitzer tambahan dengan kendaraan taktis untuk menarik mereka, 36.000 butir amunisi 155mm untuk howitzer, dan dua sistem pertahanan pantai Harpoon.

Baca Juga: Aturan Baru Berkendara Sepeda Motor: Jangan Gunakan Sandal Jepit karena Alasan Ini

Sementera itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendesak Uni Eropa untuk memperketat sanksi terhadap Rusia dan memperingatkan pasukan Moskow dapat menyerang negara lain.

“Invasi Rusia adalah langkah pertama yang dibutuhkan oleh kepemimpinan Rusia untuk membuka jalan ke negara lain, untuk penaklukan bangsa lain,” ujarnya.

Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan sekutu akan terus memasok Ukraina dengan senjata berat dan sistem jarak jauh, dengan kesepakatan paket bantuan baru untuk Kyiv diharapkan pada pertemuan puncak di Madrid akhir bulan ini.

Baca Juga: Jadwal dan Link Streaming Indonesia Open 2022 Babak 16 Besar pada Kamis, 16 Juni 2022

“Perjanjian itu akan membantu Ukraina beralih dari persenjataan era Soviet lama ke peralatan standar NATO yang lebih modern”, katanya.

Sebaliknya, Xi Jinping dari China telah meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang dukungan China pada kedaulatan dan keamanan Rusia.

“China bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik [kepada Rusia] pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan,” kata Xi Jinping.

Hal ini kemudian diperingatkan AS karena China berisiko memilih di sisi sejarah yang salah.

Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Piala Presiden 2022 Hari Ini: Ada Bali United vs Bhayangkara FC

“China mengklaim netral, tetapi perilakunya menjelaskan bahwa mereka masih berinvestasi dalam hubungan dekat dengan Rusia,” ujar seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler