Gemparkan Dunia, Donald Trump Masuk Nominasi Pemenang Nobel Perdamaian, Perannya Apa?

10 September 2020, 13:50 WIB
Presiden AS, Donald Trump dimasukkan dalam nominasi penghargaan Nobel Perdamaian. /AP/Evan Vucci

PR DEPOK – Christian Tybring-Gjedde, seorang anggota parlemen Norwegia menominasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dalam Nobel Prize Penghargaan Nobel atas upayanya dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah.

Hal ini terungkap lewat pernyataan Christian pada Rabu, 9 September 2020, yang mengatakan bahwa Trump patut dipertimbangkan atas pencapaiannya dalam menengahi perjanjian damai antara Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Perjanjian ini membuka kemungkinan terciptanya perdamaian di Timur Tengah.

Baca Juga: DKI Jakarta Terapkan PSBB Total, Pertumbuhan Ekonomi Nasional Berpotensi Kembali Minus

Seperti diketahui, Israel dan UEA telah menyetujui kesepakatan untuk menormalisasi hubungan kedua negara tersebut. Kesepakatan ini akan ditandatangani pada upacara Gedung Putih, 15 September 2020 mendatang.

“Tidak peduli bagaimana Trump bertindak di rumah dan apa yang dia katakana di konferensi pers, dia benar-benar memiliki kesempatan untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian,” ungkap anggota parlemen Norwegia tersebut, saat diwawancarai oleh The Associated Press.

Sementara itu, daftar nominasi seharusnya dikirimkan ke Komite Nobel Norwegia paling lambat 1 Februari. Ini berarti tenggat waktu untuk menominasikan Trump di penghargaan tahun ini telah berlalu.

Baca Juga: Prabowo Subianto Diminta Tunda Beli Alutsista, DPR: Ada Indikasi Korupsi dari Austria

Oleh karena itu, Christian Tybring-Gjedde menominasikan Trump untuk penghargaan tahun 2021 dengan anggapan bahwa Trump telah memenuhi kriteria.

Untuk diketahui, di Norwegia, politisi yang bertugas di badan legislatif nasional dapat mencalonkan siapapun untuk Nobel Peace Prize.

Di tahun 2018, Tybring-Gjedde juga sempat menominasikan Donald Trump atas upayanya untuk membawa rekonsiliasi antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Sebelum Trump, mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, sudah lebih dulu mendapatkan penghargaan nobel tersebut. Obama mendapatkan penghargaan pada tahun 2009 atas komitmennya untuk mencari perdamaian dan keamanan dunia tanpa senjata nuklir.

Baca Juga: Rapid Test Saat Perjalanan Dihapus Kemenkes, Satgas Covid 19: Padahal Bisa Berikan Rasa Aman

Saat itu, mayoritas penduduk AS menganggap bahwa penghargaan tersebut terlalu dini dianugerahkan kepada Obama, mengingat ia baru beberapa bulan memimpin negara tersebut.

Namun, Komite Norwegia mengatakan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk penghormatan bagi Obama.

Sempat gagal dalam nominasi Nobel Prize tahun lalu, Trump kini diharapkan dapat meraih penghargaan tersebut di tahun berikutnya.

“Sekarang diharapkan Komite Nobel dapat mempertimbangkan apa yang telah dicapai Trump secara internasional dan tidak terpengaruh prasangka yang telah terbentuk terhadap Presiden AS tersebut,” ujar Tybring-Gjedde lewat sebuah status di Facebook.

Baca Juga: Banten dan DKI Jakarta Kembali Terapkan PSBB Total, Jawa Barat Pilih PSBMK

Kendati demikian, anggota parlemen Norwegia itu tidak lantas menyatakan bahwa ia setuju dengan semua kebijakan yang dikeluarkan Trump. Ia mengaku bahwa ia bukan pendukung berat Trump.

“Saya bukan pendukung sejati Trump,” ucap Tybring-Gjedde mengakhiri.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler