Sempat Diragukan, Hasil Uji Coba Vaksin Covid-19 AstraZeneca 70 Persen Efektif dan Aman

- 9 Desember 2020, 09:09 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. /Pixabay.

PR DEPOK - Hasil terbaru vaksin Covid-19 dari produsen obat AstraZeneca dan Universitas Oxford dikabarkan 70 persen efektif dan aman.

Namun masih ada pertanyaan terkait seberapa baik vaksin ini bisa membantu melindungi mereka yang berusia diatas 55 tahun, salah satu perhatian utama untuk inokulasi yang sehat.

Para pejabat di seluruh dunia berharap bahwa vaksin ini bisa diandalkan karena diketahui biaya dari vaksin ini cukup terjangkau, ketersediaannya, dan kemudahan penggunaannya.

Baca Juga: Turut Prihatin Atas Insiden Tewasnya 6 Laskar FPI, Fadli Zon: Semoga Mereka Jadi Ahli Surga

Para ahli juga mengatakan bahwa vaksin tersebut tampaknya akan disetujui. Meski terdapat beberapa kebingungan dalam hasil dan tingkat perlindungan yang lebih rendah daripada yang ditunjukkan oleh kandidat vaksin lain.

Sementara itu, tim Inggris disusul oleh pembuat obat Amerika Serikat (AS) Pfizer, yang memiliki tingkat keberhasilan sekitar 95 persen telah diberikan pada pensiunan Inggris pada Selasa, 8 Desember 2020, dan dalam kesempatan pertama di dunia.

Pada Selasa, 8 Desember 2020, Jurnal medis The Lancet menerbitkan sebagian hasil dari tes vaksin di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, dan hasil keamanannya berada pada 23.745 peserta serta tingkat perlindugannya pada 11.363.

Baca Juga: Sebut FPI Suka Bohong, Habib Husin: Kalau Terbukti Bawa Senjata, Ini Bisa Ancam Masyarakat

Sebetulnya sulit untuk dijelaskan karena terdapat suatu kesalahan yang mengakibatkan beberapa peserta mendapatkan setengah dosis diikuti dengan dosis penuh, serta bukan dua dosis penuh seperti yang dimaksudkan.

Para peneliti mengklaim bahwa vaksin tersebut terlindung dari penyakit sebanyak 62 persen dari mereka yang diberi dua dosis penuh, serta pada 90 persen dari mereka yang awalnya diberi setengah dosis.

Namun, para ahli independen mengatakan bahwa kelompok kedua terlalu kecil (2.741 orang), untuk menilai kemungkinan nilai dari pendekatan itu dan diperlukan lebih banyak pengujian.

Baca Juga: Terungkap, Saksi Sebut Harga Sewa Setahun Apartemen yang Didiami Jaksa Pinangki Senilai Rp882 Juta

"(Ini) akan membutuhkan penelitian lebih dalam karena lebih banyak data yang tersedia dari uji coba," kata studi tersebut seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Rabu, 9 Desember 2020.

Kemudian, kurang dari 6 persen peserta uji coba di Inggris diberi regimen dosis rendah dan tak ada yang berusia di atas 55 tahun. Itu berarti diperlukan lebih banyak lagi penelitian untuk menyelidiki kemanjuran vaksin pada orang tua yang sangat rentan terkena Covid-19.

Berdasarkan pengumpulan hasil, data peer-review pada hari Selasa, 8 Desember 2020 menunjukkan efektivitas keseluruhannya adalah sebesar 70,4 persen.

Vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech dan Moderna dikabarkan telah melaporkan tingkat kemanjuran lebih dari 90 persen dalam uji coba tahap akhir.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 9 Desember 2020: Leo, Ingatlah Setiap Usaha Penghasil Uang Adalah Bisnis

Meski begitu, vaksin AstraZeneca-Oxford dianggap penting dalam mengatasi pandemi ini di negara berkembang karena akan lebih murah dalam segi biaya dan lebih mudah pula untuk didistribusikan.

"Pesan dasar bahwa keefektifan keseluruhan di seluruh tahap uji coba yang dilaporkan di sini ada sekitar 70%, tapi dengan deskripsi yang jelas pula tentang ketidakpastiannya," kata Stephen Evans selaku profesor farmakoepidemiologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Dia juga mengungkapkan statistik dari keefektifitasan tersebut.

Baca Juga: Jauh Sejak Beberapa Tahun Silam, Gus Dur Sudah Prediksi Kemensos Jadi Lumbung Korupsi

"Ketidakpastian statistiknya tersebut yaitu bahwa kemanjuran bisa serendah 55 persen atau setinggi 80 persen. Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna keduanya memiliki kemanjuran di atas 90 persen dan jelas lebih manjur dalam kondisi percobaan,' ucapnya menambahkan.

Ketika ditanya apakah setengahnya, dan regimen dosis penuh adalah kesalahan, Andrew Pollard, selaku direktur Grup Vaksin Oxford dan kepala penyidik dalam uji mengatakan dalam konferensi pers bahwa hal tersebut tidak direncanakan.

Mene Pangalos selaku kepala penelitian dan pengembangan non-onkologi AstraZeeneca, berharap permintaan persetujuan dari regulator di seluruh dunia masih bisa diajukan tahun ini.

Baca Juga: Mangkir dalam Panggilan Kedua Penyidik, Polri Buka Kemungkinan Jemput Paksa Habib Rizieq

"Kami berharap setelah pihak regulator meninjau data tersebut, kami bisa mendapatkan persetujuan kapan saja mulai dari selesainya penyerahan, yang bisa sewaktu-waktu, mulai akhir tahun ini hingga awal tahun depan," ujarnya.

Namun, Pollar mengakui bahwa hasil yang berbeda dari kedua regimen dosis itu memperumit masalah.

"Regulator akan memutuskan dengan tepat apa yang harus dikatakan label mereka," katanya menambahkan.

Pangalos juga berasumsi bahwa regulator AS ingin melihat juga hasil dari uji coba yang sedang berlangsung di AS sebelum nantinya memberikan persetujuan mereka.

Baca Juga: Polisi Sebut Laskar FPI Bersenjata Api Saat Insiden, Husin Shihab: Ngeri Juga Kalau Terus Didiamkan

Lalu, para peneliti Oxford mengatakan bahwa vaksin itu ditemukan aman, dengan tiga dari sekitar 23.700 peserta mengalami kondisi serius yang mungkin terkait dengan vaksin Covid-19 atau vaksin meningitis standar yang diberikan kepada kelompok kontrol.

Mereka juga mengatakan kasus penyakit saraf yang serius, myelitis transversal, dilaporkan 14 hari setelah suntikan penguat vaksin Covid-19, yang kemungkinan terkait dengan vaksinasi.

Kasus tersebut telah menyebabkan penangguhan persidangan selama tujuh minggu di AS dan penghentian persidangan di negara lain.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Pastikan Senjata Api yang Digunakan untuk Serang Polisi Milik Laskar FPI

Kemudian, kasus demam di atas 40 derajat celcius (104 derajat Fahrenheit) terjadi di Afrika Selatan. Namun tidak diungkapkan apakah peserta tersebut menerima vaksin karena ia sembuh dengan cepat dan melanjutkan uji coba tanpa mengetahui suntikan yang diterima, seperti yang biasa terjadi.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x