PR DEPOK - Seorang wanita asal Skotlandia baru-baru ini mengatakan bahwa dirinya mengidap misophonia.
Untuk diketahui, misophonia digambarkan sebagai ketidaksukaan atau kebencian yang kuat terhadap suara tertentu.
Kebencian tersebut bisa memicu respons emosional atau fisiologis yang kuat. Kebanyakan orang mungkin juga menganggapnya tidak masuk akal.
Baca Juga: Bekerja Mulai Hari ini, Berikut Tugas 2 Tim Revisi UU ITE Bentukan Pemerintah
Kondisi yang juga dikenal sebagai “sindrom sensitivitas suara” ini dapat memicu semua jenis reaksi mulai dari kemarahan, panik, hingga melarikan diri dan menjauhi sumber suara yang dirasa sangat menjengkelkan.
Orang-orang percaya bahwa misophonia disebabkan oleh suara yang cukup umum mengganggu misalnya mengunyah dengan keras, menggaruk kuku di papan, atau suara gemeretak gigi.
Meski demikian, pada kenyataannya misophonia bisa dipicu oleh hampir semua suara.
Baca Juga: Banjir Rendam Karawang, Geisz Chalifah: Tak Ada yang Suka Musibah, Kecuali Para Pendengki
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Oddity Central pada Senin, 22 Februari 2021, seorang wanita bernama Karen baru-baru ini membagikan pengalamannya terkait misophonia.
Pemicu yang membuat dia terganggu adalah suara pernapasan orang lain.
Apabila mendengar suara napas, Karen mengaku merasa sangat jengkel dan marah.
“Jadi itu suara napas orang. Ketika saya mendengarnya, saya semakin marah. Semakin keras saya mendengarnya, semakin saya marah,” kata dia.
Hal yang cukup aneh darinya adalah, Karen mengatakan jika seseorang dengan sengaja bernapas di hadapannya maka dia tidak merasa terganggu.
Sedangkan, kata dia, jika seseorang di dekatnya tanpa niat mengganggu dan secara alami menghirup dan menghembuskan napas maka ia merasa sangat marah.
“Jika seseorang dengan sengaja bernapas untuk mengganggu saya, itu tidak mengganggu saya. Tapi, jika seseorang hanya bernapas, itu memicu saya,” kata Karen.
Menariknya, bukan napas berat atau terengah-engah yang mengganggu Karen, melainkan suara napas normal yang samar.
Dia sangat ingin gangguan itu hilang dari sekelilingnya, namun hal itu jelas tidak akan mungkin terjadi. Sebab, semua orang di sekitarnya perlu bernapas.
Pada kondisi terburuk, Karen pernah menemui seorang dokter dan meminta melakukan operasi terhadap telinganya untuk membuatnya tuli.
Jelas, tidak ada dokter yang menyetujui permintaan Karen tersebut.***