Taliban kini sudah memiliki data sensitif tentang orang-orang yang membantu AS selama dua dekade terakhir.
Kekhawatiran lain adalah soal database penggajian Afghanistan yang dieksploitasi oleh Taliban untuk mengidentifikasi orang.
Lalu ada Personil Afghanistan dan Sistem Pembayaran (APPS) yang digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri Afghanistan dan Kementerian Pertahanan berisi setengah juta catatan tentang setiap anggota tentara dan polisi nasional Afghanistan.
Jika data ini diperoleh tangan yang salah, maka lebih berisiko dibanding data biometrik.
Sejauh ini, banyak orang di Afghanistan merasa takut untuk hidup di bawah pemerintahan Taliban.
Sementara itu, Taliban mengklaim tidak akan membalas orang-orang yang bekerja dengan sekutu Barat dan mengatakan tidak akan menerapkan sistem garis keras sebelumnya.
Akan tetapi, bulan lalu, Pusat Analisis Global Norwegia RHIPTO melaporkan bahwa para militan sudah pergi dari rumah ke rumah untuk memburu 'kolaborator' AS atau NATO.***