Merasa Tertipu Janji 'Surga di Bumi', Warga Jepang Tuntut Pemerintah Korea Utara

- 8 September 2021, 21:11 WIB
Ilustrasi - Warga Jepang yang berhasil melarikan diri dari Korea Utara menuntut pemerintah Kim Jong Un karena merasa telah tertipu atas janji 'Surga di Bumi' selama puluhan tahun.
Ilustrasi - Warga Jepang yang berhasil melarikan diri dari Korea Utara menuntut pemerintah Kim Jong Un karena merasa telah tertipu atas janji 'Surga di Bumi' selama puluhan tahun. /REUTERS/Edgar Su.

PR DEPOK - Warga Jepang, yang berhasil melarikan diri dari Korea Utara, baru-baru ini dilaporkan telah melayangkan tuntutan kepada pemerintah yang dipimpin Kim Jong Un.

Seorang warga Jepang bernama Hiroko Saito menuding pemerintah Korea Utara telah berbohong hingga merasakan menderita selama hidup puluhan tahun di sana.

Sekadar informasi, Saito dan lima orang lainnya telah melayangkan tuntutan kepada pemerintahan Korea Utara di Pengadilan Distrik Tokyo.

Baca Juga: Resmi Dibebaskan, 2 Ibu dan Pemilik Toko di Malang Tempuh Jalan Damai, Hotman Paris: GBU

Meskipun dalam gugatannya juga menuntut kompensasi dari pemerintah Kim Jong Un, namun Saito menegaskan kampanyenya bukan hanya soal uang semata.

Lebih lanjut, Saito mengatakan bahwa dia dan puluhan ribu orang lainnya telah tertipu untuk pindah ke Korea Utara dengan janji "Surga di Bumi".

"Kami diberitahu bahwa akan pergi ke 'Surga di Bumi', kami akan memiliki apartemen sendiri, pekerjaan, rumah sakit, dan sekolah gratis," ucapnya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Wio News.

Baca Juga: Tak Mudah, Ria Ricis Ungkap Pengorbanan Teuku Rushariandi Demi Dapatkan Dirinya: Aku Bilang 'Aku Nunggu'

"Mereka (Korea Utara, red) memberi tahu kami bahwa tidak perlu membawa apa pun karena semuanya akan disediakan. Mereka terus mengulangi bahwa itu adalah surga," tutur dia melanjutkan.

Akan tetapi saat kapal yang membawa beserta yang lainnya merapat di pelabuhan kota Chongjin, Saito sontak tersadar bahwa dirinya telah termakan tipu daya pemerintah Korea Utara.

Dari atas kapal, kata Saito, ia melihat seorang anak laki-laki hanya mengenakan kemeja tua compang-camping tanpa memakai apa pun di bagian bawahnya.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa Pembunuhan Munir, Mardani Sebut Jokowi Harus Penuhi Janjinya untuk Ungkap Kasus Tersebut

"Dia (anak laki-laki, red tampak kurus. Saat itulah saya tahu bahwa kami telah tertipu," ucap Saito mengenang awal kehidupannya di Korea Utara.

Nasi sudah jadi bubur, semuanya sudah terlambat. Sejak saat itulah Saito dan keluarganya harus menjalani kehidupan yang tak sesuai dengan apa yang dijanjikan.

Perempuan berusia 80 tahun ini mengungkapkan bahwa kamar yang ditinggali dirinya dan keluarga tidak memiliki air besih, termasuk juga pakaian.

Baca Juga: Sempat Hilangkan Cincin yang Jadi Simbol Ikatan dengan Ria Ricis, Teuku Ryan Akui Panik sampai Berkaca-kaca

Terdapat fasilitas toilet di luar ruangan, akan tetapi fasilitas tersebut digunakan secara bersama-sama.

Lebih mirisnya lagi, Saito menjelaskan bahwa ia dan keluarga hanya diberikan jatah beras atau jagung sebanyak 1,6 kilogram.

Demi bertahan hidup, lanjut Saito, mereka secara terpaksa menjual barang berharag yang dibawa dari Jepang satu demi satu.

 

"Tidak ada yang bisa dimakan. Di pasar, orang-orang tak mampu untuk berdiri lagi. Bahkan ada yang meninggal di tempat," tuturnya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Wio News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x