Baca Juga: Geliat Vaksinasi di Jakarta Berada di Tren Positif, Anies Baswedan Sebut DKI Sudah Hijau
“Setiap pagi putri saya sekarang menanyakan kabar terbaru tentang evakuasi kami,” kata Shakib. Anak-anak saya terus bertanya tentang masa depan mereka. Istri saya benar-benar hancur. Mereka meninggalkan kita untuk mati,” ujarnya.
Untuk diketahui, Shakib dan keluarganya mulai meninggalkan rumah di Kabul pada bulan Juli, pasca ia menerima ancaman pembunuhan.
Ia mengaku bahwa beruntung dapat melarikan diri dua minggu lalu sebelum Taliban mengetuk pintu rumah kerabat tempat mereka tinggal.
“Teman saya, yang memiliki toko di sebelah rumah saya [di Kabul], mengatakan kepada saya bahwa Taliban mencari saya dan orang lain yang bekerja untuk orang asing,” katanya.
“Saya ingin menjalani kehidupan yang jauh dari rasa takut. Saya ingin keluarga saya damai dalam suasana demokrasi. Aku hanya ingin kita hidup," kata istri Ahmad menambahkan.
Sebelumnya, Ahmad sudah melamar program kebijakan relokasi dan bantuan Afghanistan (Arap), yaitu skema pemerintah Inggris untuk membantu orang-orang yang telah bekerja dengan pemerintah Inggris agar bisa pindah pada 18 Agustus, tepat setelah Taliban merebut Kabul.
Shakib baru menerima balasan email empat hari kemudian, menanyakan detail keluarganya.
Ia awalnya merasa legah, namun hingga saat ini belum mendengar kabar lanjutan.